April 18, 2024
iden

Koalisi di Pilkada 2018 Kongruen dengan Pemilu 2019?

Direktur Eksekutif Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Vermonte, menilai ada upaya dari partai politik untuk mensolidkan koalisi di tingkat nasional ke tingkat lokal. Di Pilkada Serentak 2018, tiga partai, yakni Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Amanat Nasional (PAN) yang berkoalisi di tingkat nasional sebagai partai oposisi, lebih banyak menjalin koalisi pencalonan kepala daerah dengan partai-partai oposisi dibandingkan dengan partai pemerintah.

“Jadi ada kecenderungan usaha untuk mensolidkan koalisi di tingkat lokal. Ini menunjukkan bahwa koalisi solid itu mungkin terjadi. Ada yang sudah pernah coba walaupun basisnya adalah hal-hal yang primordial.” ujar Philips pada diskusi “Evaluasi Pilkada Serentak 2018” di Hotel Atlet Century, Senayan, Jakarta Selatan (2/7).

Selanjutnya, Nona Evita, Peneliti Populi Centre menjelaskan, partai-partai menengah kecil diuntungkan dengan keluwesan pembentukan koalisi di tingkat lokal. Salah satunya Partai NasDem, berhasil memperluas basis konstituen dan merupakan partai yang paling banyak memenangkan kompetisi Pilkada melalui koalisi yang fleksibel.

“NasDem adalah partai yang koalisinya paling banyak menang di Pilkada 2018. Artinya, NasDem ini, kalau dilihat suaranya kan lebih kecil dari partai-partai besar, tapi paling banyak menang koalisinya,” ujar Evita.

Para pengamat memprediksi, partai-partai akan mengevaluasi koalisi yang dibentuk di 169 daerah yang telah menyelenggarakan Pilkada Serentak 2018, sebagai pertimbangan menentukan langkah koalisi pada Pemilu 2019. Partai-partai kecil dinilai memiliki ruang yang lebih fleksibel, sementara partai-partai besar memiliki ruang yang lebih kaku.