November 28, 2024

Calon Tunggal Diprediksi Meningkat Dua Kali Lipat

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Khoirunnisa Nur Agustyati memprediksi jumlah daerah bercalon tunggal meningkat dua kali lipat dari Pilkada Serentak 2020, atau sebanyak 50 daerah. Terdapat 25 daerah dengan satu pasangan calon (paslon) di Pilkada Serentak 2020. Hanya ada satu daerah yang dimenangkan oleh kolom kosong sejak Pilkada Serentak 2015. Elit politik dinilai hendak menghilangkan kompetisi di Pilkada.

“2024, trennya bisa jadi dua kali lipatnya. Di provinsi bahkan mau diupayakan juga kolom kosong. Masa sekelas provinsi, pemilihnya banyak, tapi calon cuma satu. Kita sebagai pemilih, dikasih buah simalakama, karena ketika 2024 ada kolom kosong yang menang, pilkadanya baru aka nada lagi tahun 2029. Jadi, seakan-akan tidak apa-apa kolom kosong menang, tapi dengan penjabat selama lima tahun,” tutur Khoirunnisa, pada diskusi “Kecurangan Pilkada 2024: Dari Dinasti, Calon Tunggal, dan Netralisasi ASN” pada Selasa (13/7).

Prediksi Perludem sejalan dengan temuan kajian Themis Law Firm terkait potensi calon tunggal di Pilkada 2024. Setidaknya terdapat empat provinsi yang berpotensi calon tunggal, yakni Sumatera Utara, Kalimantan Timur, DK Jakarta, dan Jawa Tengah. Sementara di tingkat kabupaten/kota, potensi calon tunggal ditemukan di Kutai Kartanegara, Batam dan Bima.

“Jawa Tengah, dengan asumsi apabila Kaesang dicalonkan sebagai gubernur di Jawa Tengah. Karena KIM plus sudah mendeklarasikan diri untuk mendukung Ridwan Kamil di Jakarta, dan Kaesang maju di Jawa Tengah,” pungkas Peneliti Themis Law Firm, Hemi Lavour, pada diskusi yang sama.

Themis melihat potensi manipulasi di Pilkada Serentak 2024 dilakukan dalam empat langkah. Pertama, penyalahgunaan bantuan sosial. Kedua, netralitas aaparatur sipil negara. Ketiga, politik dinasti. Keempat, calon tunggal.

“Penyalahgunana bansos, mobilisasi ASN dan dinasti politik itu sudah terjadi di Pemilu 2024. Nah, puncaknya di Pilkada, di-setting calon tunggal untuk melawan kotak kosong. Itu membuat seakan-akan pilkada berjalan demokratis,” tutup Lavour. []