August 8, 2024

Visi Misi Paslon Belum Tersampaikan secara Optimal

Belum optimalnya sosialisasi visi-misi pasangan calon ini tampak dari hasil jajak pendapat Kompas pekan lalu. Hampir separuh responden yang di daerahnya akan diselenggarakan pilkada menyatakan tidak mengetahui visi-misi yang diusung para paslon. Sementara dari seperempat responden yang mengaku telah terpapar visi-misi paslon hanya sebagian kecil yang memiliki pengetahuan yang mumpuni terkait visi-misi tersebut.

Hal ini menjadi gambaran bahwa kampanye selama ini belum efektif digunakan paslon untuk mendiseminasikan visi-misi, termasuk program kerja jika nantinya terpilih. Padahal, ada banyak kanal yang sebenarnya memudahkan calon mendiseminasi gagasan yang mereka usung.

Hal ini menjadi gambaran bahwa kampanye selama ini belum efektif digunakan paslon untuk mendiseminasikan visi-misi, termasuk program kerja jika nantinya terpilih.

Sejauh ini, responden mendapatkan informasi agenda pilkada lebih banyak dari alat peraga kampanye, seperti baliho dan poster. Selain itu, informasi juga diperoleh dari kampanye langsung ataupun daring (melalui media sosial). Kedua metode terakhir lebih diikuti pemilih, khususnya kanal media sosial.

Sementara itu, debat kurang diikuti oleh pemilih. Hanya sekitar 16 persen responden yang mengikuti acara ini. Padahal, debat kandidat dapat menjadi ajang untuk mengetahui visi-misi paslon secara lebih mendalam. Pemilih bahkan bisa membandingkan kelebihan dan kekurangan paslon terkait isu-isu tertentu.

Belum masifnya pemilih terpaparnya visi-misi paslon juga disebabkan belum optimalnya tim kampanye mendiseminasikan gagasan ke ruang publik. Padahal, di tataran konseptual, visi-misi ini dianggap hal penting bagi pemilih untuk dapat menjatuhkan pilihan.

Lebih dari 55 persen responden dalam jajak pendapat ini menyatakan, visi dan misi seharusnya menjadi senjata andalan paslon untuk meraih suara. Saat ditanya, tiga hal yang paling memengaruhi masyarakat dalam memilih ialah pengalaman paslon (43,2 persen), visi-misi (27,8 persen), dan kedekatan dengan paslon atau mengenal dan mengetahui paslon (17,1 persen).

Lebih dari 55 persen responden dalam jajak pendapat ini menyatakan, visi dan misi seharusnya menjadi senjata andalan paslon untuk meraih suara.

Melihat fenomena di atas, tampak bahwa masih ada ruang kosong antara konstituen dan para paslon yang nantinya akan bertarung memperebutkan kursi kepemimpinan daerah. Di satu sisi, masyarakat sangat membutuhkan visi-misi yang jelas dan tersampaikan dengan baik agar dapat menentukan pilihan dengan jernih. Di sisi lain, para kandidat belum menyajikan visi-misi mereka ke sebagian besar masyarakat. Dalam konteks demokrasi, ada kesenjangan komunikasi antara paslon dan pemilih.

Dua isu utama

Jika ditelaah lebih dalam, hanya terdapat dua isu yang diangkat dalam visi-misi para paslon yang menonjol pada pilkada tahun ini. Kedua isu ini ialah kesejahteraan dan pembangunan infrastruktur. Sekitar 25 persen responden mengaku bahwa isu kesejahteraan menjadi titik berat dalam visi-misi paslon yang bertarung di daerah mereka. Sementara seperempat responden menyatakan bahwa pembangunan infrastruktur menjadi fokus dari visi-misi paslon yang maju di tempat tinggal mereka.

Jika ditelaah lebih jauh, isu kesejahteraan cenderung disampaikan oleh kelompok responden dengan pendidikan rendah dan sebagian besar berpenghasilan menengah ke bawah. Sebanyak 26,7 persen responden dalam kategori berpendidikan rendah menyebut isu kesejahteraan ini yang semestinya menjadi titik berat dari visi-misi paslon.

Sebaliknya, masalah pembangunan infrastruktur cenderung lebih disampaikan oleh kelompok responden dengan latar pendidikan menengah dan tinggi. Dari kelompok responden berpendidikan menengah, sebagian besar (33,3 persen) menyebutkan pembangunan infrastruktur ini. Hal yang sama juga disampaikan oleh 36,7 persen dari kelompok responden berpendidikan tinggi.

Dari hasil jajak pendapat, hanya sekitar 1 persen responden yang merasa paslon mengangkat isu pendidikan pada visi-misinya dan kurang dari 0,3 persen responden menyatakan hal serupa dalam isu kesehatan

Dua isu ini mendominasi. Hanya 2,7 persen responden yang mengungkap bahwa korupsi menjadi isu yang diangkat paslon di daerah mereka. Isu-isu lain, seperti pendidikan dan kesehatan, menjadi isu yang paling marjinal tersampaikan oleh paslon. Kalaupun isu ini tersampaikan, publik belum mengikutinya secara optimal.

Dari hasil jajak pendapat, hanya sekitar 1 persen responden yang merasa paslon mengangkat isu pendidikan pada visi-misinya dan kurang dari 0,3 persen responden menyatakan hal serupa dalam isu kesehatan. Selain kedua isu ini, masih banyak lagi isu genting yang tampaknya tak menarik bagi para paslon.

Sebagai contoh, Pilkada Kota Palu. Sebagai salah satu wilayah rawan bencana, Kota Palu membutuhkan pemimpin yang sadar akan pentingnya mitigasi bencana. Selain itu, KPU Kota Palu pun sebetulnya telah mewajibkan paslon memasukkan konsep wilayah rawan bencana di dalam visi dan misi mereka sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Kota Palu tahun 2005-2025.

Namun, dari empat paslon yang bertarung di Pilkada Kota Palu, tidak ada satu pun yang mengangkat isu kebencanaan dalam materi kampanye mereka. Paslon petahana Hidayat-Habsa, yang sebelumnya mengalami langsung pemerintahan di tengah bencana, pun tak juga memasukkan soal kebencanaan dalam visi-misi mereka di pilkada kali ini. Alih-alih, hampir semua paslon seragam menekankan pembangunan infrastruktur serta pertumbuhan ekonomi sebagai fokus dari visi-misi mereka.

Dari empat paslon yang bertarung di Pilkada Kota Palu, tidak ada satu pun yang mengangkat isu kebencanaan dalam materi kampanye mereka.

Minimnya perhatian paslon terhadap isu-isu di luar kesejahteraan dan ekonomi ini juga diamini oleh anggota Dewan Pembina Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi Titi Anggraini. Titi menyatakan, narasi korupsi dan integritas serta pemerintahan yang bersih kurang muncul.

Masih ada waktu hampir tiga pekan sebelum hari pencoblosan. Menguatkan kembali visi-misi di sisa masa kampanye tentu akan banyak bermanfaat bagi calon pemilih sebelum menjelang hari pemungutan suara nanti. (RANGGA EKA SAKTI/LITBANG KOMPAS)

Dikliping dari artikel yang terbit di harian Kompas edisi 16 November 2020 di halaman 2 dengan judul “Visi Misi Paslon Belum Masif “. https://www.kompas.id/baca/riset/2020/11/16/visi-misi-paslon-belum-tersampaikan-secara-optimal/