October 15, 2024

Debat Capres-Cawapres: Seberapa Menentukan?

Debat pasangan calon presiden dan wakil presiden yang dilaksanakan sebanyak lima kali dalam rangkaian proses pemilu 2019 merupakan salah satu momen yang paling ditunggu dalam proses kontestasi politik oleh warga masyarakat. Debat pada dasarnya diselenggarakan dalam rangka memberikan informasi bagi para pemilih berkenaan dengan pasangan calon, begitu juga dengan apa yang mereka tawarkan. Debat merupakan panggung untuk bagi ide-ide untuk dikritisi, tidak hanya dari pasangan calon satu ke pasangan calon lain, tapi juga dari publik terhadap para pasangan calon.

Hal yang menarik dari debat kali ini adalah, debat ini merupakan rematch dari kontestasi Pilpres 2014. Suasana kampanye yang dibumbui panasnya polarisasi politik dan militansi dari pendukung, tentu akan membakar hasrat dari pendukung pasangan calon untuk melihat tumbangnya paslon lain dalam debat. Dapat dikatakan momen tersebut akan menjadi salah satu faktor penentu siapa yang akan memegang tampuk kekuasaan berikutnya. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah seberapa menentukan?

Apabila melihat kebelakang pada Pilpres 2014, dapat dilihat dalam survei yang dilakukan oleh Indikator Politik bahwa debat dapat menjadi peluang paslon untuk meraup suara dari swing voters, namun tidak begitu halnya terhadap pemilih loyal. Hal ini terlihat dalam grafik berikut:

Pasca debat, kedua pasangan calon mendapatkan gain dengan tren pemilih yang belum menentukan pilihan berkurang lebih dari 50%, dari yang sebelumnya berada pada angka 16.1% kemudian turun menjadi 7.7%. Hal yang sama juga terjadi di Amerika Serikat.

Berdasarkan polling yang dilakukan NBC News dan Wall Street Journal, tiap calon Presiden memperoleh gain pasca debat, kecuali dalam kasus Mitt Romney di tahun 2008. Dengan demikian debat merupakan kesempa

tan emas bagi para pasangan calon untuk menggaet swing voters yang mana berdasarkan survei nasional dari Indikator Politik tanggal 1-6 September 2018 adalah sebesar 25%.

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh University of Missouri mengindikasikan bahwa menonton debat calon Presiden memberikan dampak yang signifikan bagi pemilih, khususnya dalam hal pengetahuan akan isu atau kebijakan yang diusung oleh para pasangan calon, pandangan dari pemilih terhadap karakter dari pasangan calon dan juga menentukan agenda mana yang menjadi isu utama dalam kontestasi pemilu.

Meskipun debat tidak mempengaruhi pandangan pemilih berkenaan dengan kompetensi dari para pasangan calon. Dalam riset tersebut juga disebutkan bahwa, debat pertama memiliki dampak yang lebih besar ketimbang debat-debat yang dilaksanakan setelahnya. Dengan adanya debat, pemilih, khususnya swing voters, kemudian mampu untuk menentukan pilihan berdasarkan preferensi dan rasio terhadap calon mana yang akan dipilih dalam pemilu nanti.

Menentukan atau tidaknya debat untuk mempengaruhi hasil akhir dalam pemilihan umum, tentu akan bergantung pada beberapa hal, diantaranya besaran swing voters dan selisih jarak antara para pasangan calon. Kemungkinan pasangan calon yang tertinggal dalam hasil polling (sebelum debat) untuk mengungguli pasangan calon lain, k

emudian bergantung pada besaran swing voters dan kemampuan serta performanya dalam debat, mengingat juga debat tidak memiliki efek yang berarti terhadap loyal voters.

Dalam hal pasangan calon tersebut mampu menggaet cukup swing voters, maka dapat dikatakan debat mampu mempengaruhi hasil akhir dalam pemilihan umum yang akan datang, tanpa mengesampingkan juga faktor-faktor lain yang dapat pula berpengaruh.

Tapi, pengalaman masa lalu menunjukkan bahwa tidak ada korelasi antara siapa yang menang dalam debat dan siapa yang memenangkan kursi kepresidenan. Kasus Pemilihan Presiden Amerika Serikat di tahun 2004 antara George W. Bush dari Partai Republik melawan John Kerry dari Partai Demokrat dapat diambil sebagai contoh. John Kerry dianggap sebagai pemenang dari ketiga debat presiden berdasarkan polling yang dilakukan oleh Gallup, namun pada akhirnya Bush tetap memenangkan kursi kepresidenan.

Berdasarkan pemaparan diatas, dapat dikatakan debat kurang memiliki dampak untuk mengubah hasil akhir pemilihan. Salah satu faktor terbesarnya adalah karena kebanyakan dari mereka yang menonton debat telah menentukan pilihannya atau loyal voters. Namun, diharapkan debat tetap mampu memberikan panggung dan sarana bagi pemilih untuk memperoleh informasi, khususnya terhadap swing voters untuk menentukan pilihan. Penulis berharap, terlepas dari menentukan atau tidaknya debat, paling tidak buatlah debat tersebut berkesan dalam ingatan dan hati masyarakat, tentu saja karena debat adalah bagian dari pesta demokrasi. []

BIMO FAJAR HANTORO

Mahasiswa Fakultas Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada