January 17, 2025
Seorang warga sedang melintasi banjir di Tambaklorok, Kecamatan Semarang Utara 2022. (Praditya Wibisono/ Serat.id)

Calon Pemimpin dan Persoalan Banjir di Kota Semarang

Beberapa ruas jalan di  Kota Semarang nampak terendam banjir setiap kali diguyur hujan. Di antaranya Jalan Kaligawe, Genuk dan kawasan industri Terboyo. Banjir seakan menjadi “Permasalahan Abadi” yang belum terselesaikan sampai sekarang, meski sudah berkali-kali ganti pemimpin.

Salah satu jalan menuju kampung Tambakrejo, Kecamatan Semarang Utara misalnya. Jalan sempit di bawah jembatan layang itu selalu digenangi air yang membuat warga enggan untuk melintas. Salah satu Warga Tambakrejo, Zuki, mengatakan tak lagi melewati jalan tersebut.

“Soalnya airnya menggenang,” ucapnya, minggu lalu.

Kampungnya juga tak luput dari banjir meski tak terlalu sering. Sebab, jalanan yang dahulu tanah, kini sudah ditinggikan dan disemen.

“Kalau masalah banjir mungkin sebagian (Kota Semarang) sudah teratasi. Misalnya tol laut. Tapi apakah tol laut menjadi solusi?,” katanya.

Zuki menuding pembangunan tol laut tak memikirkan dampak jangka panjang. Ia menyotohkan nelayan yang kesulitan mendapatkan hasil tangkapan karena pembangunan tersebut.

“Kalau tempat saya sih tergolong sudah aman. Masalah lainnya, jika air selokan kampung tidak surut, banyak jentik nyamuk sampai ribuan,” ujarnya.

Dia menilai Pemerintah memiliki fokus terhadap pembangunan. “Masyarakat kecil kan gak tau. Nanti tiba-tiba ada reklamasi, ntar ada pembangunan ini. Lah itu untuk siapa?,” ucapnya.

Warga Kota Semarang akan memilih calon Wali Kota dan calon Wakil Wali Kota yang baru pada  27 November 2024. Ada dua kandidat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Pasangan calon (Paslon) nomor urut 1, calon Wali Kota Agustina Wilujeng Pramestuti dan calon Wakil Wali Kota Iswar Aminuddin yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Lalu paslon nomor urut 2, calon Wali Kota Yoyok Sukawi dan calon Wakil Wali Kota Joko Santoso yang diusung  Partai Gerindra, partai Demokrat, PKS, PKB, PSI, PAN, PPP, Partai Golkar dan Nasdem.

Beradu Gagasan Menggaet Hati Rakyat

Calon Wakil Wali Kota nomor urut 1, Iswar Aminuddin mengatakan, untuk banjir di Kota Semarang sering terjadi antara bulan Desember sampai Januari.

“Persoalannya ada dua, kalau rob akibat penurunan muka tanah 10 cm per tahun karena tanah semarang tersusun dari aluvial serta pengambilan air tanah yang berlebihan,” katanya saat acara diskusi publik di Universitas Agustus 1945 (Untag) Semarang.

Iswar mengklaim bahwa pembangunan jalan tol Semarang–Demak sekaligus menjadi tanggul laut merupakan sebuah solusi.

“Tol Semarang Demak itu juga berfungsi sebagai tanggul laut karena bisa mencegah naiknya air laut ke daratan saat pasang,” ucap Iswar.

Menurut Iswar, rob yang terjadi di pesisir dikarenakan penurunan muka tanah. Sehingga untuk antisipasi lain yang bersifat jangka panjang adalah membatasi dengan tegas pengambilan air tanah. Juga dengan penyiapan embung yang akan menjadi area tangkapan air.

“Total ada 250 hektar yang akan kami siapkan untuk embung sebagai antisipasi banjir dan rob. Ini juga bisa kita manfaatkan untuk kegiatan perikanan dan wisata,” katanya.

Dia mengungkapkan untuk mengantisipasi banjir akibat meluapnya air sungai, tidak bisa diatasi sendiri oleh Kota Semarang. Butuh komitmen kuat dari pemerintah daerah sekitar untuk tidak lagi melakukan alih fungsi lahan.

“Perlu antisipasi jangka panjang. Ini tidak bisa hanya dengan menambah kapasitas atau daya tampung sungai saja,” ujarnya.

Sementara, calon Wali Kota nomor urut 2, Yoyok Sukawi mendatangi Rumah Pompa Kali Tenggang di Jalan Yos Sudarso untuk mendalami persoalan banjir di Pesisir Utara Kota Semarang pada Oktober lalu. Dia mengatakan, infrastruktur pengendalian banjir milik Kementerian PUPR yang dioperasikan BBWS Pemali-Juana ini sudah cukup baik.

Yoyok menilai selain Kali Tenggang, Rumah Pompa Kali Sringin sudah mampu untuk mengendalikan banjir maupun rob di wilayah sekitar. Diketahui yang masih menjadi persoalan dan kendala tersendiri bagi BBWS Pemali-Juana yakni masalah sampah.

“Pompanya sudah komplet, bagus, kapasitas besar. Tapi menurut pengelola ada permasalahan yang sangat pelik, yaitu ternyata air yang masuk bebarengan dengan sampah dan ini sangat menyulitkan bagi petugas BBWS. Banyaknya sampah kerap membuat kinerja pompa terhambat, sehingga mesin cepat rusak,”  ujarnya.

Menurutnya Pemerintah Kota Semarang perlu membuat kebijakan untuk persoalan sampah.

“Supaya air yang masuk ke rumah pompa ini bersih dan bebas dari sampah. Memang pekerjaan rumah terbesar di Kota Semarang membersihkan sampah yang datang ke rumah pompa, salurannya itu harus dibersihkan dari sampah, ungkap Yoyok.

“Kewenangan seluruh sungai yang membelah kota semarang adalah kewenangan pemerintah pusat,” ujar Perwakilan PDIP Semarang, Supriyadi sekaligus sekretaris tim Jaguar (Jagoanku Agustina-Iswar).

Kata Supriyadi, Pemerintah Kota Semarang bisa menyiapkan anggaran guna pembebasan lahan di wilayah bantaran sungai yang akan dinormalisasi.

“Melaksanakan peraturan daerah tentang sistem drainase Kota Semarang. Menyadarkan masyarakat untuk tidak membuang sampah di aliran drainase,” terangnya.

Menurutnya jika paslon nomor urut 1 menang, maka akan mengembangkan budaya gotong royong atau kerja bhakti rutin dan kontinue di wilayah kampung-kampung untuk saluran tersier.

“Pemerintah kota melakukan pengerukan sedimen secara rutin berkala, sehingga aliran dari tersier ke sekunder (kewenangan pemkot) sampai ke saluran primer (kewenangan pemerintah pusat),” katanya.

Ketua DPC Partai Demokrat Kota Semarang, Wahyoe Liluk Winarto tidak memberikan keterangan saat dikonfirmasi terkait paslon nomor urut 2 yang diusungnya.

Solusi yang Perlu Dikaji

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Arif Maulana menilai jika visi misi serta program kedua paslon Cawalkot dan Cawawalkot perlu dipelajari lagi.

“Misalnya paslon nomor urut 1, ya mereka punya pengalaman memimpin Semarang. Mereka punya bayangan apa penyebab banjir/rob sering terjadi,” katanya, seraya melanjutkan, “ Mereka juga menyampaikan penurunan muka tanah, kemudian pengambilan air secar masif. Di sisi penyebabnya ok, tapi di sisi solusinya bahwa dia (Iswar) mengatakan tol tanggul laut Semarang-Demak adalah solusi, perlu dibaca lebih komprehensif.”

Menurut Arif, adanya pembangunan tol tanggul laut masih menjadi salah satu penyebab banjir/rob di Kota Semarang.

“Di luar Semarang, Demak juga terdampak banjir akibat pembangunan tol tanggul laut,” ujarnya.

Sedangkan untuk paslon nomor urut 2, Arif menilai perlu ditantang lebih lanjut dengan visi dia ingin memajukan Kota Semarang sebagai Kota Metropolitan, bermartabat dan berkelanjutan dengan semangat kolaboratif.

“Komitmen lingkungannya juga butuh diperjelas. Yang disampaikan kan hanya banjir karena sampah. Padahal bukan itu saja penyebabnya,” katanya.

Arif meminta para paslon Cawalkot dan Cawawalkot untuk memiliki komitmen kongkrit terhadap krisis lingkungan yang terjadi di Kota Semarang.

“Nyatanya pembangunan di Kota Semarang yang terjadi kan ngomong tentang perluasan kawasan industri, bagaimana arus infrastruktur yang masif, termasuk adanya ancaman reklamasi di wilayah-wilayah pesisir di Kota Semarang,” terangnya.

Sebenarnya yang perlu ditindaklanjuti bagaimana para paslon melindungi kawasan pesisir dan mangrove.

“Sampai hari Ini banjir terus terjadi. Apalagi ini sedang naik-naiknya. Bisa dilihat di daerah Genuk, Terboyo dan sekitarnya,” kata Arif.

Dampaknya adalah kemacetan, kawasan industri dan buruh yang ada di sekitar Terboyo.

“Belum ada solusi pemerintah untuk mengatasi itu (Banjir/rob). Mereka hanya menunggu tol tanggul laut segera diselesaikan, padahal itu juga menjadi masalah,” ungkapnya.

Semarang Akan Tenggelam

Pakar Lingkungan dan Tata Kota Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang, Mila Karmila menerangkan banjir dan rob di Kota Semarang untuk akhir tahun 2024 belum dapat diprediksi dikarenakan curah hujan belum cukup banyak.

“Namun melihat infrastruktur yang dipersiapkan Kota Semarang untuk mengantisipasi banjir cukup masif seperti normalisasi sungai, penambahan pintu air dan  pembersihan saluran drainase yang tersumbat oleh sampah,” ujarnya.

Melihat kejadian banjir tiga tahun berturut-turut penanganan banjir Kota Semarang sepertinya hanya berkutat pada masalah infrastruktur dan tidak menyasar akar permasalahan yang sebenarnya.

“Yaitu adanya pembangunan yang cukup masif seperti pembangunan tanggul dan jalan tol kemudian pembangunan kawasan industri dan reklamasi di kawasan pesisir,”

Seperti yang tertuang dalam Perda No 2 tahun 2024  tentang Rencanan Tata Ruang Kecamatan Tugu, dimana di dalam rencana tersebut beberapa pembangunan seperti reklamasi pantai dan pengembangan kawasan industri terjadi di daerah tersebut.

“Artinya akan terdapat potensi akan terjadi banjir dan rob jika tidak ada penanganan yang serius oleh pemkot Semarang,” ungkap Mila.

Penanganan banjir yang dilakukan oleh kota semarang dari tahun ke tahun belum ada perubahan yang signifikan, bahkan pembangunan yang semakin massif.

“Seperti pembangunan tanggul, kemudian pembangunan kawasan industri dan kawasan perdagangan dan jasa di pesisir,” katanya.

Penanganan banjir yang dilakukan tidak pernah berubah. Seperti penambahan pompa, kemudian normalisasi Sungai. Namun pemerintah tidak pernah belajar bahwa dua solusit ersebut tidak dapat menyelesaikan masalah.

“Seperti normalisasi sungai yang digadang-gadang dapat meyelesaikan masalah, namun  berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Batubara dan kawan-kawan pada 2021 disampaikan bahwa alih fungsi lahan secara besar-besar terjadi di Das ada di Kota Semarang,” jelas Mila.

Salah satunya adalah DAS Beringgin yang pada tahun 1995 kawasan  terbangungan hanya 12% dan non terbangun 88 % berubah menjadi 49.5% terbangun dan sisanya adalah non terbangun pada tahun 2020. “Artinya jika tidak dikendalikan maka Kawasan tersebut akan menjadi kawasan terbangun,” katanya.

Mila menegaskan, jika persoalan-persoalan yang telah disebutkan di atas tidak ditangani oleh pemerintah secara serius, maka kejadian banjir yang tiap tahun akan terus dihadapi oleh warga dan solusi yang ditawarkan tidak akan berbeda.

“Yang harus menjadi konsen dari pemerintah adalah dampak yang ditimbulkan bagi masyarakat. Mungkin tepat, apa yang pernah diramalkan bahwa Semarang dan beberapa kota-kota di pesisir akan tenggelam, akibat pembangunan yang tidak memperhatikan kelestarian lingkungan,” tuturnya. []

Praditya Wibisono, Jurnalis serat.id

Liputan ini telah terbit di serat.id merupakan hasil kolaborasi dengan Perludem untuk mengawal proses Pilkada 2024 dan memastikan pilkada berjalan dengan adil dan transparan