January 17, 2025

Efektivitas Kampanye Lewat Media Sosial dan Partisipasi Anak Muda Pasca Pilkada Kota Yogyakarta 2024

Ragil Wahyu Aji (22), Warga Umbulharjo, Kota Yogyakarta nampak sedang asik bermain media sosial di gawainya. Ragil memantau media sosial untuk mendapatkan informasi tentang pasangan calon yang ia dukung pasca pemungutan suara selesai di Pilkada Kota Yogyakarta.

Ragil menjadi saksi salah satu paslon dan turut memberikan suaranya sebagai anak muda yang ikut berkontribusi di Pilkada yang digelar serentak di 37 Provinsi dan 508 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Selama masa kampanye, anak muda yang baru saja lulus di salah satu perguruan tinggi di Yogyakarta itu mengaku aktif menggunakan media sosial kurang lebih tiga sampai lima jam untuk mencari informasi para paslon.

“Saya sehari biasanya pake media sosial buat ngulik dan nyari informasi pasangan calon itu tiga sampai lima jam, kadang sering dengar tetangga dilingkungan sekitar saya yang mereka juga ngobrolin para paslon misal sekedar latar belakangnya,” katanya saat di wawancarai oleh Kepripost.com

Menurutnya media sosial menjadi salah satu alternatif yang utama di era saat ini untuk bisa melihat aktivitas , visi misi dan rencana program para paslon kedepannya saat masa kampanye. Masyarakat Kota Yogyakarta yang literasi digitalnya sudah baik, menjadikan media sosial sebagai tools untuk kampanye digital yang digunakan oleh para paslon.

“Kita bisa melihat semuanya kan, sebagai pemilih saya ingin tau siapa aja calon dari kota ini, diusung partai apa, jejak karir politiknya gimana, ya  kadang ada  juga sekedar gimik-gimik untuk menarik perhatian anak muda untuk memberikan suara,” tambahnya.

Ia menilai program salah satu dari paslon yang relevan di Kota Yogyakarta adalah bagaimana menyelesaikan persoalan membuang sampah yang sulit, tata kelola kota yang belum maksimal, dan minimnya Ruang Terbuka Hijau Publik (RTHP) di beberapa tempat sebagai penunjang aktivitas publik.

“Saya berharap ya, pemimpin baru kota ini kedepannya bisa mewujudkan visi-misi dan apa yang udah dijanjikan selama kampanye. anak muda juga seharusnya dilibatkan untuk diberi wadah agar bisa sama-sama membangun Kota Yogyakarta ini menjadi lebih baik lagi, pungkasnya.

Dari Daftar Pemilih Tetap yang ditetapkan oleh KPU Kota Yogyakarta, anak muda memiliki angka signifikan dengan persentase 68.665 (21%) yang merupakan Gen Z dan 95.234 (30%) dari generasi Milenial.

KPU Kota Yogyakarta Jadikan Media Sosial Sebagai Media Komunikasi

Ketua KPU Kota Yogyakarta, Noor Harsya Aryo Samudro mengaku belum bisa memberikan data terkait jumlah partisipasi anak muda di Pilkada Kota Yogyakarta.

“Untuk bisa tahu usia pemilih pemula, pemilih muda, lansia itu belum bisa dan itu harus membuka kotak suara, sementara kotak suara itu dibuka apabila diperintahkan pengadilan atau Mahkamah Konstitusi (MK) untuk proses sengketa pemilihan,” ujarnya.

Noor menjelaskan untuk meneliti kategori umur pemilih ada di daftar hadir pemilih (DPT) yang masuk kedalam kotak suara  bersamaan dengan daftar hadir tambahan. Sementara yang diluar kotak data D-rekap kemantren, D-Kejadian Khusus, dan daftar hadir peserta rekap di kemantren yang diterima dalam rekapitulasi suara tingkat kota.Namun ia menjelaskan data angka partisipasi pemilih di Kota Yogyakarta hampir mirip dengan angka partisipasi di berapa kota di Indonesia.

“Di tahun 2012 angka partisipasinya 64%, 2017 partisipasinya 70%, dan di Pilkada tahun ini turun menjadi 65%,” tambahnya.

Noor mengatakan jumlah pemilih pemula lumayan signifikan di angka 21%  yang merupakan anak muda yang juga melek terhadap dunia digital.

“Oleh karena itu kami menggunakan media sosial sebagai platform yang disukai oleh pemilih pemula, website, instagram, sebagai media komunikasi sosial kepada para pemilih muda,” ujarnya.

Ia menilai literasi digital anak muda di Yogyakarta sudah cukup tinggi karena hampir semua pemilih pemula menggunakan media sosial sebagai sarana informasi utama bahkan mencari referensi dari beberapa sumber lain.

“ketika kami sosialisasi project penguatan profil pancasila ke beberapa sekolah, mereka sudah tahu semuanya, tau tanggal berapa, jam berapa, paslonnya siapa, mereka tau,” lanjutnya.

Noor mengibaratkan demokrasi sama seperti halnya seperti roda yang berputar dari pemilih pemula hingga seterusnya, sehingga peran anak muda sangat penting karena kedepannya akan menjadi calon pemimpin dan melanjutkan estafet kepemimpinan di Kota Yogyakarta.

Partisipasi Anak Muda Punya Peran Krusial, Harus Jadi Subjek Jangan Hanya Objek Dalam Proses Demokrasi

Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Annisa Alfath mengatakan partisipasi anak muda dalam Pilkada 2024 memiliki peran krusial, mengingat dominasi jumlah mereka dalam demografi pemilih. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU) menunjukkan bahwa lebih dari 50% pemilih berada di bawah usia 40 tahun, dengan 33,6% merupakan generasi milenial dan 22,85% generasi Z.

“Kampanye digital melalui media sosial itu memiliki dampak signifikan kepada pemilih muda ya, berbagai platform seperti Facebook, Twitter, Instagram, dan Youtube digunakan oleh kandidat untuk menyampaikan pesan politik, memperluas jaringan dan membangun basis dukungan,” kataya.

Dibalik hal itu, Annisa menilai munculnya tantangan dalam bentuk penyebaran informasi yang salah atau hoaks bisa mempengaruhi persepsi pemilih dan mengganggu proses demokrasi.

“Fenomena “filter bubble” dan polarisasi opini di media sosial juga itu bisa membatasi akses pemilih terhadap sudut pandang yang beragam. ditambah tidak adanya regulasi lebih lanjut terkait kampanye di hari tenang pada sosial media menjadi hal yang perlu diperhatikan,” lanjutnya.

Penurunan partisipasi di Pilkada menurutnya disebabkan beberapa faktor, seperti kurangnya kepercayaan terhadap proses politik dan kandidat yang menyebabkan ketidakpedulian masyarakat. Selain itu, penyebaran hoax dan misinformasi melalui media sosial dapat membingungkan pemilih dan menurunkan minat untuk berpartisipasi.

“Hal ini kan masih menjadi pekerjaan rumah seperti akses ke tempat pemungutan suara dan sosialisasi yang kurang terkait jadwal pemilihan sehingga menghambat partisipasi. belum lagi, jarak pemilu nasional dan pilkada lokal yang sangat dekat sehingga meningkatkan kejenuhan politik pada pemilih,” imbuhnya.

Annisa menekankan agar anak muda tidak hanya menjadi objek dalam proses demokrasi, ia harus menjadi subjek aktif yang bisa berkontribusi dalam pembangunan daerah dan penguatan demokrasi.

“Setelah pemungutan suara, anak muda bisa berperan aktif seperti mengawasi kebijakan kinerja kepala daerah terpilih untuk memastikan janji kampanye terealisasikan, terlibat dalam forum diskusi publik dan kegiatan kontribusi dalam pembuatan kebijakan, menyebarkan informasi yang informatif dan edukatif kepada masyarakat, hingga mengangkat dan memperjuangkan isu-isu yang relevan dengan kepentingan umum,” pungkasnya.

Sementara itu, Ketua DPC PDI Perjuangan Yogyakarta, Eko Suwanto mengatakan paslonnya memilih metode kampanye dengan mengefektifkan penyampaian pesan dengan kampanye secara digital dan mengantarkan Pasangan Calon 2 yakni Hasto Wardoyo dan Wawan Harmawan unggul di Pilkada Kota Yogyakarta.

“Paslon nomor urut 2, alhamdulillah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat Kota Yogyakarta, unggul mendapatkan 87.485 suara pemilih. Tim pemenangan tidak pilih kampanye akbar tapi optimalkan sapa masyarakat dengan berkampanye via platform media sosial, baik IG, Facebook maupun TikTok, dan menjangkau pemilih dengan Whatsapp,” katanya saat dihubungi terpisah oleh Kepripost.com, Yogyakarta (3/12/).

Eko mengakui pilihan kampanye digital lebih realistis  dilakukan untuk menjangkau pemilih lebih banyak, mengingat terbatasnya waktu kampanye yang hanya dua bulan sejak masa pendaftaran.

“Tentu saja upaya kampanye via media sosial kita fokus pada penyampaian visi-misi, kegiatan keseharian paslon dan komitmen untuk membangun Yogyakarta lebih baik,” tuturnya.

Ia juga menilai KPU Yogyakarta yang memfasilitasi penyampaian visi-misi melalui kampanye digital. Selain itu juga PDI Perjuangan Yogyakarta dan timses mengerahkan mesin pemenangan secara optimal, konsolidasi kader juang yang bisa bermedia sosial dan membuat konten. []

Abdul Haris, Jurnalis Kepripost.com

Liputan ini telah terbit di Kepripost.com merupakan hasil kolaborasi dengan Perludem untuk mengawal proses Pilkada 2024 dan memastikan pilkada berjalan dengan adil dan transparan.