Ada tiga calon presiden-wakil presiden pada Pemilu Presiden 2024. Nomor 1, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Nomor 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming. Nomor 3, Ganjar Pranowo-Mahfud MD. Berbicara tentang sosok yang mana yang pantas memimpin negeri, para pemilih memiliki sudut pandang yang berbeda. Nantinya akan tergantung kepada pemilih itu sendiri yang menentukan dan menerima konsekuensi dari pilihannya.
Dalam Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar (UUD) 1945, dirumuskan bahwa Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD 1945. Rumusan Pasal tersebut memberikan penekanan bahwa satu-satunya kekuasaan Pemerintahan itu hanyalah kekuasaan Presiden dengan dibantu elemen kedua, yaitu Wakil Presiden.
Presiden dan Wakil Presiden seyogyanya merupakan dua tokoh yang akan menjadi wajah pertama dan wajah kedua dari republik ini alias RI 1 dan RI 2. Di antara 280 juta orang di Indonesia, terdapat 6 orang yang siap untuk mengabdi dan memimpin apapun situasi yang akan terjadi selama lima tahun mendatang. Tentunya mereka yang terpilih nanti haruslah satu pasangan terbaik di antara pasangan lainnya bagi keberlangsungan bangsa ini.
Apa yang kita pilih akan menentukan negara raksasa ini, akan memukau atau memalukan. Bukan waktunya bagi kita mengatakan bahwa kita tidak berperan, tidak penting, dan suara kita tidak dibutuhkan. Nyatanya arah yang salah ditetapkan masyarakat dapat diubah jika kita benar-benar mengulik sejauh mana pemahaman kita tentang apa yang diperjanjikan oleh calon-calon RI 1 dan R1 2 tahun 2024 ini.
Kita memiliki satu suara yang akan berdampak pada bagaimana mencegah hal buruk terjadi di negara sepadat ini, misalnya terjadinya antikebebasan berpendapat, abuse of power, korupsi kolusi, nepotisme, pengkerdilan upah, kebrutalan aparat, krisis ekonomi, pembajakan aturan, dan kemiskinan di mana-mana. Kita menentukan apakah lima tahun kedepan akan ada penyesalan dari pilihan kita sehingga ingin kembali ke 14 Februari 2024 untuk mengubah pilihan.
Pemimpin dapat mengubah arah suatu bangsa, dalam beberapa kasus yang ada. Pemimpin tidak hanya formalitas yang akan dipajang gambarnya di ruangan namun ia yang akan dibicarakan atas apa yang dilakukan dan dukung. Pemimpin merupakan penentu paling kuat dari perilaku suatu sistem, mulai dari tim, perusahaan, hingga negara. Faktor penentu utama dari esensi keberadaannya adalah serangkaian tujuan yang menjadi tujuan sistem, energinya, struktur, peraturan, dan hukumnya.
Sekalipun adanya penggantian semua pemain di bawah kepemimpinannya, performanya tidak akan berubah selama tujuannya tetap sama. Jika mengubah aturan namun tetap mempertahankan tujuan yang sama, sistem mungkin bekerja lebih atau kurang efektif, namun tetap bergerak ke arah yang sama. Jika mempertahankan pemain, sumber daya, aturan, dan realitas fisik yang sama, tetapi mendedikasikan mereka untuk mencapai tujuan yang berbeda, maka dapat bertransformasi dengan sukses.
Presiden punya kewenangan atas penyelenggara, sumber daya, regulasi, tapi yang terpenting, dia punya kewenangan menentukan tujuan negara ke depannya. Apakah menguntungkan masyarakat atau malah merugikan dan malah pura-pura buta setelah mengesahkan undang-undang yang tidak melibatkan partisipasi publik. Siapa tahu? Jika kita memilih presiden dengan tanpa pertimbangan, asal-asalan, ikut-ikutan, maka bersiap-siaplah bahwa tidak banyak yang akan berubah pada negara ini bahkan bisa jadi semakin mundur.
Negara ini punya kemungkinan didelegasikan kepada mereka yang dipilih karena bermacam pertimbangan. Karena ingin memajukan bisnis, karena ingin dekat dengan calon, karena terpukau dengan bentuk wajah calon, karena harapan akan janji politik calon, karena tua atau mudanya calon, karena janjian dengan teman, karena kasihan, karena guyonan politiknya calon, atau malah karena polling partisan.
Jika kita memilih presiden yang tidak memiliki visi yang jelas dan latar belakang dari visi tersebut, maka kita akan mengalami disorientasi dan tersesat. Masa jabatan selama lima tahun bukanlah waktu sebentar. Kita perlu memilih presiden, yang memiliki visi yang kuat, kemampuan luar biasa untuk menyampaikan, emosi yang stabil dan kemauan untuk menggunakan segala kekuatan dalam mewujudkan hal yang baik bagi bangsa ini.
Sekarang ini kita melihat di berbagai acara, di berbagai media, di berbagai layar, pasti ada jargon-jargon politik yang memanjakan mata. Meskipun ada banyak kampanye yang mencoba menjual cara yang konyol, label yang tidak adil, dan gambar yang berlebihan, percayalah itu adalah salah satu trik dalam kontestasi yang para calon presiden-wakil presiden ingin merebutkan bangku pemenang. Selain itu juga ingin meningkatkan popularitasnya.
Dalam artikel ini, saya mengingatkan bahwa kita janganlah menjadi orang yang tertarik pada calon presiden-wakil presiden yang tidak menyampaikan tujuan jelas dan hanya memiliki keinginan untuk menang. Pemilihan presiden-wakil presiden bukan sekadar perebutan popularitas atau perebutan kekuasaan secara partisan. Ini adalah keputusan yang sangat penting mengenai tujuan bangsa.
Apakah anda menginginkan seseorang yang dapat mempertahankan arah yang sama? Apakah yang diinginkan adalah seseorang yang dapat menetapkan arah baru? Atau malah seseorang yang tidak memiliki arah yang jelas sama sekali?
Setelah anda memeriksa dan mempertimbangkan semua hal di atas maka saatnya menggunakan hak suara anda pada waktu yang ditentukan nanti. Cobalah untuk membuat keputusan yang bijak dan berdasarkan pemahaman yang mendalam tentang calon presiden, wakil presiden, dan isu-isu yang dihadapi. Jadilah bagian dari keterlibatan yang penting ini. []
ARA ANNISA ALMI
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas