February 24, 2025

Masyarakat Indonesia Demokrat Intoleran?

Pemilik Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Saiful Mujani, membeberkan hasil penelitian Freedom House mengenai kebebasan sipil di Indonesia. Indeks kebebasan sipil, tak seperti indeks demokrasi, berfluktuasi. Dalam rentang satu sampai lima dengan satu sebagai skor tertinggi, kebebasan sipil Indonesia memburuk sejak 2012.

“Sempat bagus dengan skor tiga. Tapi naik lagi menjadi empat dan memburuk sejak 2012. Artinya, sejak tujuh tahun yang lalu, demokrasi kita defisit,” kata Saiful pada seminar “Dua Dekade Reformasi, Quo Vadis Politik yang bermartabat?” di Gedung LIPI, Kuningan, Jakarta Selatan (15/5).

Terkait dengan penurunan skor, Saiful menjelaskan bahwa kebebasan sipil berhubungan erat dengan toleransi. Risetnya pada 2017 menunjukkan bahwa banyak orang Indonesia yang memiliki ketidaksukaan terhadap kelompok masyarakat tertentu, seperti lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), Irak Suriah Islamic State (ISIS), ahmadiyah, yahudi, komunis, cina, dan kristen katolik.

“Saya tanya, adakah kelompok di masyarakat yang tidak anda sukai? Ternyata, banyak sekali warga negara Indonesia yang menyatakan ada. Angka ini sempat menurun, tapi 2013 naik kembali,” jelas Saiful.

Ada beberapa bentuk intoleransi, yakni tidak diperbolehkan untuk berceramah di dalam komunitas, menjadi guru di sekolah negeri, dan menjadi pegawai pemerintah. Semua bentuk intoleransi terjadi di Indonesia sehingga negeri ini menyebabkan defisit demokrasi secara global.

“Kita mendorong defisit demokrasi global. Jadi, temuan saya, ada gejala demokrat intoleran. Dia mengaku demokrasi, tapi hatinya membenci orang. Dan angka itu itu besar di Indonesia,” tandas Saiful.