August 8, 2024

Belajar dari Gerakan Politik Kaum Muda Putus Sekolah di Amerika Serikat

Kaum muda putus sekolah dan tidak bekerja di Amerika Serikat menuntut parlemen agar tidak memotong anggaran negara untuk program-program yang menyasar komunitasnya.

Di Amerika Serikat pada tahun 2017, ada sekitar 11.5 persen kaum muda berusia 16—24 tahun yang tidak bersekolah maupun bekerja. Orang-orang Amerika kini menyebutnya sebagai opportunity youth—kaum muda yang mencari peluang dan memberi peluang. Terma yang lebih ramah ini menggantikan istilah disconnected youth (kaum muda yang tak terhubung dengan pendidikan/pekerjaan) atau istilah ‘kaum muda rentan’.

“Saya mendukung penggunaan istilah opportunity youth dibanding kaum muda rentan. Alasan kaum muda menjadi rentan karena dia tidak diberi kesempatan di komunitasnya,” kata Humberto Palacios, salah satu anggota Opportunity Youth United, organisasi yang turut mengadvokasi isu kaum muda putus sekolah dan tidak bekerja.

Muda-mudi ini lahir dan dibesarkan di garis kemiskinan yang berkait-kelindan dengan kriminalitas. Lingkungan itu tidak mendukung mereka untuk tetap mengenyam pendidikan formal di sekolah. Meskipun sekolah di Amerika Serikat gratis, kaum muda ini tidak merasa nyaman di sekolah.

“Beberapa orang tidak mendapat perhatian serius di sekolah. Kelas terlalu besar. Mereka sering dirundung dan kadang terlibat dalam kasus perkelahian yang membuatnya harus berurusan dengan hukum dan meninggalkan sekolah. Beberapa yang lain memang terlalu pintar dan merasa sekolah tidak menantang,” kata Caitlin Johnson, tim divisi Pembaharu dan Penyelaras Kebijakan di The Forum of Youth Investment–organisasi yang memiliki misi untuk menghubungkan para perumus kebijakan dengan gagasan dan jaringan kaum muda.

Angka 11.5 persen adalah angka proporsi terendah dalam 10 tahun terakhir. Angka tertinggi pernah mencapai 14.7 persen pada 2010 karena dampak krisis ekonomi.

Namun kabar buruknya angka ini adalah angka yang terbilang masih tinggi. 11.5 persen berarti ada 4.6 juta kaum muda Amerika Serikat yang tidak bersekolah maupun bekerja. Kabar buruk lain, di tahun yang sama, rencana anggaran negara tahun 2018 terhadap program-program untuk kelompok opportunity youth hendak dipotong. Sebagai contoh, anggaran Departemen Tenaga Kerja menyusut $2.5 miliar—turun 21 persen dibanding tahun sebelumnya. Hibah ke negara bagian untuk memberikan pelatihan tenaga kerja kepada kaum muda dan orang dewasa berpenghasilan rendah dipotong signifikan.

Kondisi ini menggerakkan para opportunity youth untuk menggalang kekuatan, demi menggagalkan rencana pemotongan anggaran tersebut, melalui jalan politik. Anggaran negara diputuskan melalui mekanisme politik. Maka gerakan ini juga mencoba melawannya dengan jalan politik—mempengaruhi para perumus kebijakan yang dipilih melalui pemilu untuk mewakili mereka.

Jalan politik

Kelompok opportunity youth se-Amerika Serikat menjalin koalisi yang kuat dan berjejaring dengan kelompok-kelompok lain. Ada lima organisasi signifikan yang memfasilitasi gerakan bersama ini. Lima organisasi itu adalah Forum for Youth Investment/Opportunity Youth Network, YouthBuild USA, the Center for Law and Social Policy, the National Youth Employment Coalition, dan Opportunity Youth United.

Kelompok-kelompok organisasi opportunity youth ini berkoalisi merancang gerakan kampanye “Reconnecting Youth.” Agenda advokasi bersama mereka adalah mendorong pemerintah menaikkan anggaran untuk opportunity youth dalam bidang pendidikan, pelatihan, pekerjaan, dan pelayanan publik agar bisa meningkatkan jangkauan pada satu juta opportunity youth (dari sebelumnya 340.000) setiap tahunnya.

Hasilnya, bukan hanya menggagalkan pemotongan, gerakan ini malah berhasil mendorong parlemen menaikkan anggaran. Saat kampanye ini digagas pada anggaran fiskal tahun 2017, pemerintah menganggarkan $3.216 miliar pada program-program yang menyasar opportunity youth. Pada anggaran fiskal tahun 2018, pemerintah menganggarkan $3.290 miliar, meningkat $73 juta. Di tahun 2019, anggaran naik lagi sebesar $122 juta menjadi $3.338 miliar.

Strategi

Keberhasilan gerakan ini dipengaruhi oleh dua pendekatan kunci yang dilakukan organisasi pada anggota parlemen. Pertama, anggota parlemen diberi pemahaman logis bahwa penganggaran pada kelompok opportunity youth adalah investasi yang menjanjikan untuk kemajuan distrik atau negara bagian dimana ia mengabdi dan bekerja. Gerakan ini menghimpun data dari Measure of America tentang jumlah kelompok opportunity youth pada setiap daerah pemilihan.

Gerakan ini juga membuat satu halaman analisis dari ahli ekonomi tentang perkiraan jumlah orang yang akan menerima manfaat jika pendanaan ditingkatkan serta manfaat ekonomi yang dihasilkan untuk distrik dan negara bagian mereka. Informasi ini terbukti sangat penting dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota parlemen. Sebanyak 91 persen staf anggota parlemen menganggap berguna jika organisasi yang menjalankan advokasi bisa memberikan informasi tentang dampak suatu peraturan di distrik atau negara bagiannya. Namun, hanya 9 persen saja yang mengatakan bahwa mereka bisa mendapatkan informasi tersebut.

Kedua, anggota parlemen dihubungkan langsung dengan kelompok opportunity youth sehingga terjalin ikatan emosi yang kuat di antara keduanya. Menghubungkan kelompok opportunity youth dengan anggota parlemen adalah faktor kunci keberhasilan gerakan ini. Ada timbal-balik yang saling menguntungkan antara opportunity youth dan anggota parlemen. Kaum muda punya ruang untuk membagi cerita tentang bagaimana kehidupannya berubah setelah mengikuti program. Sementara anggota parlemen mendapatkan ruang untuk membangun keterikatan dengan konstituennya yang dapat membantu mereka untuk terpilih lagi pada pemilu mendatang.

Untuk mendekati anggota parlemen yang tidak berada dalam badan anggaran, gerakan ini menggagas program “Dear Colleague”. Program ini meminta champion-champion anggota parlemen yang tak berada di badan anggaran untuk menandatangani surat “Dear Colleague.” Orang kunci yang terlibat dalam program ini adalah Jimmy Gomez dari Partai Demokrat dan Steve Knight dari Partai Republik. Surat yang berisi permintaan untuk penganggaran pada program-program spesifik ini dikirim ke koleganya di badan anggaran.

Tak hanya surat, taktik lain yang dijalankan untuk menjangkau sebanyak-banyaknya anggota parlemen adalah dengan menelepon dan menggunakan teknologi. Dalam minggu-minggu kunci ketika anggota parlemen hendak menentukan surat mana yang akan dia tanda tangani, gerakan ini mengirim email individual pada ratusan anggota parlemen menggunakan software Quorum. Gerakan ini juga menugaskan tiga staff untuk bekerja penuh waktu menelepon sebanyak mungkin kantor kongres. Hasilnya, 24 anggota parlemen dan 12 senator menandatangani surat “Dear Colleague.”

Opportunity Youth United adalah organisasi yang memfasilitasi pembentukan relasi opportunity youth dan anggota parlemen ini. Organisasi ini merancang pertemuan alumni program opportunity youth yang dibiayai negara. Mereka dilibatkan dalam pertemuan-pertemuan dengan anggota parlemen. Gerakan ini juga meluncurkan Advocacy Academy sebagai program yang dirancang agar para opportunity youth lebih siap dalam berinteraksi dengan para perumus kebijakan. Peserta akademi ini mempelajari perangkat-perangkat yang dibutuhkan dalam mengadvokasi suatu isu dan mengikuti pelatihan virtual untuk meningkatkan keterampilan teknis.

Meski terbilang sudah berhasil pada tahun pertama, gerakan ini masih akan terus bergulir. Sebab, anggaran program opportunity youth ini masih dirasa kurang. Peningkatan anggaran yang terjadi pada tahun fiskal 2018 ke 2019 hanya bisa menjangkau 7000 orang tambahan. Bahkan jikapun parlemen memenuhi apa yang diminta gerakan ini, masih ada tiga juta opportunity youth yang belum tersentuh.

Tahun-tahun ke depan disebut akan jadi tahun yang sulit. Sebab parlemen yang terpecah akan menegosiasi kembali pengeluaran negara dengan kemungkinan pemotongan anggaran untuk program-program yang menyasar opportunity youth dan kelompok rentan lainnya.

Tulisan ini adalah tulisan pertama dari program magang di Spark Action—organisasi kaum muda yang berbasis di Brooklyn, New York, Amerika Serikat—atas dukungan US Departement of State melalui  program Community Solution Program.