August 8, 2024

Bakal Calon Perseorangan Tak Ingin Pilkada Desember 2020

Bakal calon kepala daerah Kota Batam dari jalur perseorangan, Rian Ernest, menyatakan takut tetap berkompetisi pada Pilkada Serentak 2020. Tahapan Pilkada direncanakan dimulai pada 15 Juni, pandemic Coronavirus disease 2019 (Covid-19) belum berakhir. Per Jumat (5/6), jumlah kasus positif Covid-19 sebanyak 29.521, naik 585 dari Kamis (4/6). Jumlah yang meninggal pun meningkat dari hari sebelumnya sebanyak 23 orang.

“Kalau saya tahu proses verifikasi dan lainnya di tengah Covid, mungkin saya akan mikir dua kali mau daftar. Saya jujur takut untuk tetap berjuang di saat Covid seperti ini,” tutur Rian pada webkusi “Pilkada di Tengah Pandemik Covid-19, Pilih Politik atau Kesehatan?” (5/6).

Rian meyakini Pilkada di tengah pandemi tak akan menguntungkan dirinya sebagai penantang. Pengalamannya sebagai calon anggota legislatif (caleg) di daerah pemilihan (dapil) DKI Jakarta pada 2019 mengajarinya bahwa kampanye daring di media sosial tak efektif menjangkau pemilih. Kampanye daring hanya dapat menyasar orang-orang yang telah mengenal atau menyukai calon. Konteks Indonesia, kampanye tatap muka tetap yang utama, namun hal tersebut beresiko dilakukan di masa pandemik.

“Pilkada kan pesta demokrasi. Artinya, saya bisa datang ke setiap gang secara random untuk memperkenalkan diri. Di kondisi pandemi saat ini, tidak bisa dilakukan. Bagi penantang seperti saya yang harus menaikkan elektabilitas, susah dong. Kalau saya datang ke masyarakat pakai masker, orang gak kenal saya juga dong,” ujarnya.

Ia pun mengkhawatirkan keselamatan dan kesehatan tim sukses (timses) dan masyarakat pada tahap kampanye. Timses bertugas atas pemenangan calon. Sekalipun timses aman dari Covid-19, bisa jadi timses menjadi carrier Covid-19 kepada masyarakat.

“Saya kan ada tim inti. Ada 5 orang bantu saya di Batam. Salah satu timses saya sempat jadi ODP (orang dalam pengawasan). Itu saya merasakan deg-degannya,” ungkap Rian.

Selain itu, Rian menduga membawa isu sosial di masa pandemi sulit karena isu utama masyarakat adalah ekonomi. Jika petahana diuntungkan dengan program bantuan sosial (bansos) pemerintah daerah, penantang justru merasa terdesak.

“Warga itu kan saat Covid bicaranya hanya ekonomi dan penanganan Covid. Prediksi saya, mereka akan bilang, mereka sudah tiga bulan nganggur, pinjam duit dong, dan lain-lain,” tukasnya.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini memprediksi kampanye jahat dengan menyebar ujaran kebencian dan fitnah akan semakin masif pada Pilkada di tengah pandemi. Intensitas kampanye di media daring membuat kejahatan digital juga semakin intens. Terlebih, tingkat literasi digital masyarakat di Indonesia masih rendah.

“Hate speech mungkin semakin banyak muncul, orang bisa pakai kun anonim. Zoom, hanya mengandalkan device saja tanpa harus log in. Biasanya kan muncul nama perangkat, Galaxy Tab, Oppo, dan lain-lain. Saya kan bingung, orang ini mau dimasukkin atau enggal? Berarti kan ruang untuk melakukan kejahatan digital makin terbuka,” jelas Titi.

Titi juga memperkirakan politik uang akan semakin masif dilakukan. Peserta pemilu akan memandang politik uang efektif menyentuh masyarakat, dan dampak ekonomi akibat Covid-19 kemungkinan membuat masyarakat permisif pada politik uang.

“Tidak pendemi pun politik transkasional dominan. Apalagi sekarang, kondisi objektif masyarakat kita terdampak secara ekonomi. Pak Mendagri (Menteri Dalam Negeri) bilang ini bagus, bisa menstimulus. Nah, jangan sampai kita makin permisif pada politik uang,” tutup Titi.