September 13, 2024

Datatalk.asia: Platform Jurnalisme Data dan Penguatan Jurnalis Asia Pasifik

Jurnalisme data menjadi tren jurnalisme digital hari ini. Di Indonesia sendiri, berbagai media nasional menjadikan data sebagai nilai tambah dari liputan khusus atau indepth yang mereka sajikan. Jika Tirto.id unggul dengan visualisasi data dengan desain yang ciamik dan dapat diakses gratis, Kompas menyediakan data driven journalism dalam koran digital versi berbayar. Jaring.id dan Katadata.co.id juga amat layak untuk ditengok saat publik hendak mencari tahu seperti apa data dapat diolah menjadi produk jurnalistik.

Ada beberapa definisi singkat mengenai jurnalisme data, seperti menceritakan kisah dengan data, dan jurnalisme yang dilakukan dengan data. Lengkapnya, dalam Data Journalism Handbook (2012) yang dipublikasi oleh O’Reilly Media, jurnalisme data adalah penggabungan antara kemampuan “mencium berita” dengan kemampuan untuk menceritakan kisah yang menarik dengan skala dan jangkauan informasi digital yang tersedia. Jurnalisme data dapat membantu jurnalis menceritakan kisah yang kompleks melalui infografis yang menarik.

Sehubungan dengan tren dan kebutuhan jurnalis di kawasan Asia Pasifik akan jurnalisme data, Pusat Pengembangan Media Nusantara (PPMN) dan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) mengembangkan platform Datatalk.asia. Platform ini disokong oleh program Regional Support for Elections and Political Transitions or Respect yang didukung oleh USAID.

Datatalk.asia dirilis pada Kamis (28/1) secara virtual. Peluncurannya dihadiri oleh para jurnalis dan pegiat demokrasi dari berbagai negara, termasuk Nepal, Filipina, Thailand, dan Australia. Hadir pula anggota Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) RI, Fritz Edward Siregar, yang turut memberikan sambutan dan apresiasi atas hadirnya datatalk.asia.

Dalam sambutannya, Chief of Party RESPECT, Joice Damayanti mengatakan bahwa datatalk.asia yang didesain sejak 2019 ditujukan untuk mendukung para jurnalis dan pegiat pemilu dan demokrasi dalam menggunakan open data atau data terbuka pemilu berformat csv, xlsx, dan json. Platform dikembangkan atas dasar konsorsium bersama Philippine Center for Investigative Journalism (PCIJ), Sinar Project Malaysia, dan Jaring.id Indonesia.

“Konsorsium PCIJ, Sinar Project, dan Jaring Indonesia menyediakan dataset untuk wadah ini. Organisasi-organisasi ini juga membantu mengkurasi data dan mencari cara agar data ini bisa disebarkan kepada para wartawan. Portal data ini memang bertujuan untuk membantu wartawan mempertajam pesan-pesan yang ingin mereka sampaikan. Semoga bisa meningkatkan literasi ilmiah pada masyarakat Asia,” tutur Joice.

Lebih lanjut, dijelaskan oleh Joice, bahwa Datatalk.asia memiliki fokus utama penyediaan dataset pelanggaran pemilu. Dataset pelanggaran pemilu telah dilengkapi dengan visualisasi data yang diharapkan membantu jurnalis dalam menganalisis data.

Terdapat tiga fitur yang dapat dimanfaatkan oleh pengguna datatalk.asia. Satu, dataset yang dapat dipilih sesuai dengan kebutuhan. Dua, visualisasi yang dapat dipilih baik dalam bentuk visual maupun grafis. Tiga, fitur story yang dapat menampilkan dataset dan visualisasi yang telah tersedia.

“Jadi, mudah digunakan bagi anggota baru. Tinggal mendaftar, membuat akun, dan Anda akan menerima notifikasi melalui email bahwa Anda sudah bisa menggunakan data yang disediakan oleh platform,” jelas Joice.

Direktur Program PPMN, Santi mengatakan, dengan tersedianya platform berbagi dan mengolah open data bersama di antara negara-negara di Asia Pasifik, produk jurnalistik pemilu semakin bermutu. Diharapkan, lembaga yang bergerak pada isu jurnalisme, pemilu, dan keterbukaan data dapat bergabung dalam Konsorsium datatalk.asia.

“Kondisi yang dihadapi jurnalis terkait data di Asia Tenggara adalah adanya tantangan dalam kebebasan akses informasi dan kesediaan informasi. Dengan menggunakan penelitian yang mendalam, tersedianya data terkait keadilan dalam pemilu, kita bisa bersama-sama memperjuangkan demokrasi dan pemilu yang lebih baik,” tandas Santi pada peluncuran datatalk.asia.

Kehadiran datatalk.asia juga disambut oleh Direktur Eksekutif PCIJ, Carmela Fonbuena. Menurutnya, datatalk.asia akan bermanfaat bagi peliputan para jurnalis terhadap Pemilihan Presiden Filipina yang akan digelar pada 2022. Platform ini juga diharapkan menjadi wadah untuk saling belajar antar jurnalis di berbagai negara Asia Pasifik mengenai bagaimana big data atau data dapat dikisahkan menjadi produk jurnalistik.

“Portal ini akan membantu Indonesia dan Filipina, juga yang lain, tentang cara-cara baik dalam memantau pemilu. Barangkali Indonesia bisa bercerita bagaimana Indonesia mendorong keterbukaan data. Jadi, akan ada yang bisa kita pelajari satu sama lain agar kita bisa saling membantu satu sama lain,” pungkas Carmela.

Senada dengan Carmela, Koordinator Sinar Project Malaysia, Khairil Yusof mengungkapkan harapannya agar datatalk.asia bisa dikembangkan sebagai wadah untuk melawan korupsi politik. Pasalnya, data yang tersedia di masing-masing negara tak hanya dapat digunakan sebagai data pemilu, namun juga data pascapemilu. Datatalk.asia mesti didorong untuk mengawali isu-isu yang tidak atau jarang dibicarakan oleh pemerintah di tiap-tiap negara.

“Kami mengembangkan aplikasi data agar wartawan bisa mengakses tentang keterwakilan perempuan, juga komposisi gender dalam partai politik. Kenapa? Karena ini tidak dibahas dan tidak diumumkan oleh penyelenggara pemilu saat mereka mengumumkan hasil pemilu. Jadi, kami ingin data itu tidak hanya untuk pemilu, tapi juga untuk membantu melawan korupsi,” ujar Khairil.

Pada acara peluncuran, Direktur Eksekutif Perludem, Khoirunnisa Nur Agustyati, turut menceritakan pengalaman Perludem dalam memanfaatkan open data pemilu di Indonesia. Mulai dari API Pemilu di tahun 2014 hingga inisiasi pintarmemilih.id pada Pemilihan Serentak pertama di Indonesia tahun 2019.

Open data, kata perempuan yang karib dipanggil Ninis, penting bagi jalannya demokrasi dan pelibatan sipil dalam pemilu dan pemerintahan. Namun tantangan terbesarnya, yakni kesadaran dan komitmen penyelenggara pemilu untuk menyediakan dan mempublikasi data terbuka pemilu.

“Tidak ada regulasi bahwa penyelenggara pemilu harus menyediakan data terbuka kepemiluan. Oleh karena tidak ada tugas itu, maka kita mengandalkan komitmen dan pengetahuan penyelenggara pemilu terhadap open data. Akhirnya, ketika penyelenggaranya berganti, kita harus kembali mengajari lagi,” kata Ninis.

Tantangan Indonesia serupa dengan Filipina. Carmela menyebutkan bahwa data terbuka di negaranya bukanlah sesuatu yang tersedia untuk publik, melainkan didapatkan oleh pihak-pihak yang memiliki hubungan pribadi dengan para penyelenggara pemilu atau pejabat pemerintah. Oleh karenanya, budaya keterbukaan data amatlah penting untuk dibangun.

Ragam contoh inisiasi penggunaan data untuk jurnalisme

Konsultan data jurnalisme pada Data N Malaysia, Kuek Ser Kuang Keng memaparkan ragam contoh produk data jurnalisme yang telah diinisiasi oleh banyak negara. Faktanya, big data memang dapat dialih-olah sedemikian rupa untuk keperluan demokrasi, seperti mengawal pemerintahan terpilih.

Di Brazil, www.nabuscadocandidato.com.br/ mengolah data ke dalam bentuk kuis yang dapat dimanfaatkan oleh pemilih untuk menilai tepat atau tidak tepat pilihan kandidat mereka. Kuis akan menanyakan siapa saja kandidat yang didukung pemilih, kandidat yang akan dipilih oleh pemilih, lalu diikuti dengan rangkaian pertanyaan terkait kebijakan dan pandangan yang dibawa oleh kandidat.

“Jadi, kuis ini adalah cara yang mudah untuk membuat orang menilai apakah calon yang didukung layak didukung atau tidak. Jadi, bukan hanya latar belakang, tapi kebijakan yang mereka bawa,” terang Kuek.

Inisiatif penyediaan informasi pemilu seperti pun berlangsung di beberapa negara lain. Ada Washington Post saat Pemilihan Presiden Amerika Serikat 2020. Lalu di Spanyol, website No Bote el Voto dibuat sebagai informasi rekam jejak kandidat.

Kemudian di Taiwan, https://www.readr.tw/ menampilkan informasi lama waktu seorang kandidat telah duduk di parlemen. Dimuat pula informasi kandidat dengan anggota keluarga yang pernah menjadi anggota parlemen. Readr Taiwan juga menampilkan informasi dana kampanye dan game dana kampanye.

“Jadi, di game ini, kamu bisa menentukan bagaimana kamu menghabiskan dana kampanye yang kamu punya, menghabiskan berapa uang untuk menang,” ungkap Kuek.

Permainan serupa dikembangkan oleh MalaysiaKini. Melalui https://newslab.malaysiakini.com/mp-game/en, pemilih dapat memainkan permainan “Habiskan Uang sebagai Wakil Rakyat”.

Lalu di Amerika Serikat, https://electionlandtrends.appspot.com/ElectionDay2020 dibangun untuk merespon dan memetakan insiden yang terjadi pada hari pemungutan suara. Dengan memanfaatkan Google dan beberapa alat analisis lainnya, ElectionLand dapat menganalisis ragam tantangan yang dihadapi pemilih pada hari pemungutan suara. Bahkan, nomor hotline disediakan bagi pemilih untuk melaporkan kejadian di lapangan.

“Anda bisa menggunakan data tentang isu-isu apa yang dikhawatirkan oleh orang. Misalnya, mereka takut atau akan melakukan kerusuhan, atau ada masalah lain terkait administrasi seperti bagaimana menghindari antrean panjang,” tukas Kuek.

Ada pula inisiasi The Nation di Amerika Serikat yang memeriksa pemenuhan janji kampanye para kandidat terpilih. Laman tersebut akan diperbarui selama empat tahun ke depan.

Inisiasi lain di Amerika Serikat yakni Fivethirtyeights. Laman ini menyediakan data dapil berikut perolehan suara partai-partai politik di pemilu terakhir. Dengan data yang diagregasi, gerry mandering akan terlihat.

“Ada banyak inisiatif yang baik. Begitu pula dengan Datatalk.asia. Tetapi, saya harap Datatalk.asia tidak hanya menyediakan data, tetapi menjadi wadah bagi para jurnalis untuk menganalisis dan melaporkan suatu itu,” tutup Kuek.

Dorongan untuk mengembangkan jurnalisme data

Dalam rangka mendorong pengembangan jurnalisme data di kawasan Asia Pasifik, PPMN dengan dukungan dari program RESPECT mengadakan kembali ExcEl Awards. ExcEl Awards adalah penghargaan bagi para jurnalis dengan kerja jurnalistik investigatif mendalam terbaik. Di tahun 2020, ExcEl Awards akan diadakan setelah pelatihan jurnalisme data diberikan kepada jurnalis di Indonesia, Malaysia, dan Filipina.

“Setiap dua tahun, PPMN mengadakan EcxEl Awards. Kita luncurkan kemarin tahun 2019. Yang bisa mengirim adalah para jurnalis yang membuat berita breaking news, berita mendalam investigatif. Ini bisa mencakup audio dan video juga,” kata Santi.

Direncanakan, pemenang ExcEl Awards untuk masing-masing kategori akan mendapatkan hadiah sebesar USD1000. Tahun 2021 ini, jurnalis yang akan mengikuti ExcEl Awards mesti mengikuti pelatihan Jurnalisme Data. []

AMALIA SALABI