Program pendidikan magister tata kelola pemilu telah diselenggarakan di sepuluh perguruan tinggi di Indonesia. Di masa mendatang, program ini diharapkan bisa menjadi program internasional yang terbuka bagi mahasiswa-mahasiswa asing. Capaian demokrasi Indonesia bisa jadi sumber pengetahuan terutama bagi negara-negara yang demokrasinya sedang berkembang.
“Kami mendorong program ini jadi program internasional. Ini penting karena kita champion di Asia Tenggara. Pemilu yang demokratis jadi strategi diplomasi. Kita harapkan mahasiswa berasal dari penyelenggara pemilu di Asia Tenggara,” kata Mada Sukmajati, akademisi Universitas Gajah Mada yang menjadi anggota Konsorsium Pendidikan Tata Kelola Pemilu di Indonesia, pada saat peluncuran Program Tata Kelola Pemilu di Universitas Indonesia, Depok (19/12).
Ada empat klaster pembelajaran dalam program ini. Empat klaster ini adalah sistem dan regulasi pemilu; lembaga penyelenggara pemilu; proses pemilu; serta konflik pemilu dan resolusinya. Empat klaster pembelajaran ini dikembangkan dalam sebelas modul. Para mahasiswa yang mengikuti program ini didorong untuk mendapatkan ilmu strategis manajerial pemilu.
“Tidak didorong untuk pengembangan ilmu, tapi juga tidak di level paraktis. Tapi di antara dua itu. Ada level rekomendasi yang tidak terlalu detail, tapi tetap konkrit seperti roadmap, desain, pola dan sebagainya. Itu yang kami sebut strategic managerial,” kata Mada.
Pengalaman Indonesia menyelenggarakan pemilu, dalam kerangka empat klaster tersebut, sudah jadi sumber pengetahuan luar biasa bagi kolega di Asia Tenggara dengan demokrasi yang tengah berkembang.