Selain alternatif waktu pengunduran pemilu, alternatif metode pelaksanaan tahapan pemilu di masa krisis sudah perlu mulai dipikirkan. Alternatif metode ini dibutuhkan jika krisis pandemi covid-19 berlanjut dalam waktu yang panjang sehingga sulit untuk terus-menerus menunda pemilu.
“Krisis ini bisa berlanjut panjang sekali sehingga sulit untuk terus menunda. Dalam masa waktu jeda ini ada waktu cukup untuk memikirkan alternatif-alternatif yang bisa dipilih,” kata Adhy Aman, Senior Programme Manager International Institute for Democracy and Electoral Assistance, dalam diskusi daring “Pemilu dalam Pandemi Covid-19: Perspektif Global, Demokrasi, dan Hak Asasi Manusia” (6/4).
Sebagai contoh, Adhy memaparkan, metode pemungutan suara melalui pos digunakan sebagai alternatif pemungutan suara pemilu lokal di Bavaria, Jerman. Metode ini cukup berhasil menjaga partisipasi pemilih—bahkan naik jika dibandingkan pemilu sebelumnya. Penyelenggara pemilu menyatakan ada peningkatan signifikan dari surat suara pos yang diminta pemilih.
“Surat suara pos ini adalah metode yang sudah ada di Bavaria. Jadi ini bukan contoh metode atau teknologi baru. Penggunaan metode baru tidak kami sarankan,” tegas Adhy.
Selain metode pemungutan suara, metode pelaksanaan tahapan lain juga perlu dipikirkan. Inovasi perlu dipikirkan untuk pendaftaran pemilih, pemutakhiran daftar pemilih, kampanye, dan lain-lain. Penggunaan teknologi bisa jadi memudahkan pelaksanaan tahapan ini. Namun, pemilihan penggunaan teknologi ini perlu pertimbangan yang matang dan bertahap.
“Dari semua pilihan alternatif, yang penting dilaksanakan adalah adanya diskusi terbuka antar pemangku kepentingan dengan pengambil kebijakan karena bukan sesuatu yang pantas dilakukan sendiri-sendiri,” tegas Adhy.