Jumat (6/8), Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) dan Djokosoetono Research Center Universitas Indonesia memperkenalkan Asia Pacific Journal of Elections and Democracy (APJED). APJED terbuka bagi akademisi, pembuat kebijakan dan aktivis demokrasi yang tertarik untuk membahas berbagai aspek pemilu dan demokratisasi di kawasan Asia Pasifik dari berbagai multidisiplin ilmu. APJED diharapkan dapat menjadi ekosistem pengetahuan pemilu dan demokrasi berbagai kalangan.
“Saya berharap, jurnal ini dapat menjadi tempat untuk berkarya dan mendekatkan para akademisi dan praktisi. Kami harap, dengan dibuatnya APJED, bisa mendorong adanya penelitian baru, ide-ide tentang pemilu dan demokrasi oleh penulis dari berbagai latar belakang dan disiplin ilmu,” kata Chief of Party Asia-Pacific Regional Support for Election and Political Transition Program (Respect), Joice Damayanti pada acara peluncuran APJED secara daring.
APJED didukung oleh Asia-Pacific Regional Support for Election and Political Transition Program (Respect) USAID. APJED dapat diakses melalui laman https://journalperludem.org/. Aplikasi jurnal yang digunakan merupakan aplikasi perangkat lunak open source sehingga semua artikel di dalam jurnal dapat diakses dan dibagikan kepada siapa saja dengan syarat pembagi mengutip nama penulis dan judul artikel jurnal dengan benar.
“Jadi, bagi akademisi, pembuat kebijakan, juga aktivis demokrasi yang mau mengirimkan artikelnya untuk APJED, semua prosesnya gratis. Kami tidak pernah meminta kontributor kami untuk membayar sejumlah uang,” tandas Joice.
Untuk menjaga kualitas artikel jurnal yang diterbitkan, APJED menerapkan double peer-review. Ada dua Editors in Chief, yaitu Marcus Mietzner, akademisi Australian National University (ANU), dan Titi Anggraini, anggota pembina Perludem. Lalu, ada pula Board of Editorial Advisors, yakni Topo Santoso, Guru Besar Ilmu Hukum Pidana Universitas Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, dosen Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Adhy Aman, senior program officer pada International Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA), Patricia Rinwigati Waagstein, dosen Universitas Indonesia, dan Joel Mark Baysa Barredo, Direktur Program Strengthening Human Rights and Peace Research and Education in ASEAN/Southeast Asia (SHAPE-SEA).
Bagaimana mengirimkan naskah artikel kepada APJED?
Tak sulit mengirimkan naskah artikel untuk dimuat ke dalam APJED. Secara umum, langkah-langkah yang harus diikuti yakni sebagai berikut.
- Buka journalperludem.org
- Klik menu Submit Your Paper di bagian kiri website.
- Lakukan registrasi jika Anda belum memiliki akun APJED.
- Setelah melakukan registrasi, Anda dapat memilih dua jenis artikel yang akan Anda kirim, yakni artikel penelitian dan review atau tinjauan buku.
- Cek kembali semua persyaratan untuk jenis artikel yang Anda kirimkan.
- Unggah dokumen artikel Anda. Pastikan di dalam artikel terdapat referensi sumber yang digunakan.
- Tambahkan beberapa rincian mengenai artikel Anda, seperti kata kunci abstrak artikel dan peneliti lain yang terlibat dalam penelitian Anda.
- Klik kirim dokumen.
Topik-topik artikel penelitian yang bisa dikirimkan
Sebenarnya, kontributor dapat mengirimkan naskah artikel dengan topik apapun seputar pemilu dan demokratisasi di Asia Pasifik. Namun, dua Editors in Chief APJED membocorkan topik yang “ditunggu kehadirannya”.
Topik pertama ialah studi kasus mengenai bagaimana pemerintah di suatu negara atau kepala daerah di suatu daerah mendorong adenda tertentu di tengah situasi pandemi. Menurut Marcus, studi kasus lokal dengan perspektif akar rumput sangatlah menarik.
“Saya rasa, akan menarik jika banyak kiriman studi kasus tentang upaya pemegang kekuasaan untuk menggunakan pandemi untuk tujuan mereka. Meski begitu, pada dasarnya, kami ingin tahu apa yang terjadi di semua negara di kawasan Asia Pasifik sejauh terkait dengan pemilu dan demokrasi. Apakah itu terkait dengan pandemi atau tidak, tetapi tentu saja kita semua berurusan dengan pandemi. Jadi, itu topik yang sangat jelas. Tetapi sekali lagi, perspektif akar rumput akan sangat berharga,” ujar Marcus pada acara peluncuran APJED.
Topik kedua, yakni eksaminasi terhadap kualitas dan integritas kompetisi di pemilu. Berkaca dari kompetisi pemilu di Indonesia, kompetisi kerap berjalan secara tak adil dan tak berintegritas. Bahkan, jumlah daerah dengan pasangan calon tunggal di Pilkada semakin bertambah tanpa adanya transparansi dalam proses rekrutmen pasangan calon oleh internal partai politik.
“Tidak banyak saya kira makalah penelitian yang berbicara tentang kualitas kompetisi integritas kompetisi terutama pada pemilu. Jadi, saya sangat menantikan topik ini. Bagaimana kasusnya di berbagai negara di Asia Pasifik,” pungkas Titi.
Topik lain yang disinggung ialah penyelenggaraan pemilu di masa pandemi, insklusivitas dalam pemilu dan demokrasi, komparasi hukum pemilu, pengaturan pemungutan suara khusus, manajemen risiko pemilu, dan masa depan pemantauan pemilu di kawasan Asia Pasifik.
“Mungkin masa depan pemantauan pemilu di kawasan, di mana kita memiliki negara-negara seperti India yang tidak mengizinkan pemantauan internasional, atau Fiji yang tidak mengizinkan pengamat domestik. Jadi, saya ingin tahu filosofi dan alasan juga pembenaran di balik kebijakan yang sangat berbeda itu dan segala sesuatu di antaranya,” kata Leena Rikkila Tamang, Direktur untuk kawasan Asia pada International Institute for Democracy and Electoral Assistance (IDEA).