December 21, 2024

Dua Jenis AI Ini Kerap Digunakan dalam Pemilu Indonesia 2024

Menurut asisten peneliti Center for Digital Society (CfDS), Alifian Arrazi, ada dua jenis AI yang sering digunakan dalam Pemilu Indonesia 2024, yakni generative AI dan predictive AI. Generative AI adalah AI yang dapat menghasilkan pesan atau material promosi dalam bentuk teks, audio, foto, atau video. Sementara predictive AI ialah AI yang dapat digunakan untuk menghasilkan keputusan. Dalam pemilu, predictive AI dapat membantu membuat strategi kampanye yang lebih efektif dan terukur.

“Jadi, data diambil dari berbagai sumber untuk membantu kandidat dalam membuat strategi kampanye yang lebih terukur. Misalnya, untuk mendapatkan target suara dari wilayah tertentu, maka apa strategi yang perlu dilakukan,” jelas Alifian pada diskusi online “AI at the Polls: Unpacking AI’s Utilisation and Regulation on Indonesian Election” (26/2).

Generative AI digunakan dalam pembuatan konten deepfake audio atau video, juga dalam pembuatan content writing dan foto kampanye kandidat. Deepfake video Presiden Soeharto yang telah wafat viral pada akhir masa kampanye. Pada video tersebut, Soeharto mengajak pemilih untuk memberikan suara kepada Partai Golongan Karya (Golkar). Beredar pula video Presiden Joko Widodo berpidato dalam Bahasa Mandarin, dan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, berpidato dalam Bahasa Arab.

Alifian mengatakan bahwa penggunaan AI yang tidak bertanggungjawab memunculkan tiga risiko. Pertama, semakin banyaknya konten mis dan disinformasi yang disebarkan di ruang digital, akibat konten palsu yang semakin mudah dibuat dengan bantuan AI. Kedua, manipulasi opini melalui iklan kampanye akibat pesan kampanye yang dipersonalisasi sesuai perilaku dan sikap politik pengguna. Ketiga, eksploitasi data pribadi pengguna media sosial dan platform digital, dengan dikumpulkan dan diprosesnya data pengguna oleh perusahaan platform digital untuk keperluan iklan dan konsultan politik.

“Tentu ada risiko eksploitasi data pribadi, karena AI bisa digunakan untuk mengolah dan menganalisis big data media sosial, yang berisi data pribadi para pengguna,” tutup Alifian. []