Komisi Pemilihan Umum menyelenggarakan simulasi pemungutan suara Pilkada 2020 dengan Protokol Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19 di Indramayu, Jawa Barat (29/8). Banyak catatan dari simulasi yang diselenggarakan di zona hijau wabah ini untuk dijadikan evaluasi.
“Saya juga agak khawatir karena di sini kita terlalu banyak. Ini bukan contoh yang akan digunakan. Oleh karena itulah simulasi ini kita harapkan banyak masukan,” kata anggota KPU, Evi Novida Ginting saat menyampaikan protokol kesehatan pemilihan di lokasi simulasi TPS 3, Kelurahan Karanganyar, Kecamatan Indramayu (29/8).
Evi menyinggung, dalam simulasi antrean pemilih tidak menyertakan penjagaan jarak. Garis-garis yang dibuat penyelenggara untuk jadi patokan pemilih berdiri mengantre sambil menjaga jarak, tidak diikuti. Pemilih berkumpul. Lebih mirip kerumunan, bukan antrean.
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Ibrohim yang memantau simulasi langsung dari lokasi menyampaikan sejumlah catatan, khususnya begitu berbedanya keadaan di dalam dengan di luar TPS. Keadaan dalam TPS yang cukup memenuhi standar protokol kesehatan tapi tidak dengan keadaan di luar TPS. Para petugas TPS menggunakan kain pelindung mulut, perisai pelindung wajah, dan sarung tangan. Petugas TPS duduk menyertakan jarak sekitar 1 meter. Sebelum TPS digunakan dilakukan penyemprotan disinfektan.
“Keadaan luar TPS jadi sorotan karena tidak tertib pemilih soal social distancing,” kata Ibrohim.
Ada delapan kursi dengan jarak sekitar 1 meter untuk pemilih menunggu giliran memilih. Ketersediaan kursi ini tak menyertakan pengelolaan pemilih yang ada di luar TPS.
“Pemilih menunggu di luar terlalu ramai kurang efektif karena pemilih tidak mematuhi aturan penjagaan jarak,” tambah Ibrohim.
Antrean yang menjadi kerumunan ini penting dievaluasi karena membahayakan kesehatan. Penularan Covid-19 amat mungkin terjadi meski Indramayu berstatus zona hijau. Pemilih yang datang bisa dikelola dengan pemberitahuan jam kehadiran pada surat undangan memilih. Jumlah pemilih yang hadir berdasar jam disesuaikan dengan jumlah kursi menunggu untuk memilih yang tersedia di dalam TPS.
“Simulasi pemungutan suara dibuka pukul 07.00 oleh ketua KPPS. Pemilih diwajibkan membawa pulpen sendiri untuk tanda tangan kehadiran di TPS. Yang tidak bawa pulpen disuruh balik lagi,” kata Ibrohim.
Keharusan membawa pulpen sebagai bagian dari standar kesehatan ini banyak tidak diketahui pemilih. Banyak pemilih yang harus meninggalkan TPS untuk mencari pulpen agar bisa kembali memilih.
Ibrohim menambahkan, jarak tempat cuci tangan dengan TPS pun terlalu jauh. Keadaan ini membuat proses jaminan kebersihan tiap pemilih jadi membutuhkan waktu yang lama.
“Lokasi cuci tangan yang terlalu jauh juga tadi dikritik oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana), ini kita perbaiki kedepannya mungkin tidak lebih dari 5 meter,” kata Evi mengevaluasi.
Kabupaten Indramayu merupakan satu dari 270 daerah yang menyelenggarakan Pilkada 2020. Dari simulasi pemungutan suara yang diselenggarakan KPU Indramayu hasil kerjasama KPU pusat, pelaksanaan pemungutan suara belum sesuai Protokol Kesehatan Pencegahan dan Pengendalian COVID-19.
KPU memilih Pilkada Indramayu sebagai lokasi simulasi pemungutan suara di tengah wabah karena Indramayu merupakan kabupaten berstatus zona hijau, atau yang relatif aman dari Covid-19. Simulasi dihadiri banyak perwakilan KPU lintar provinsi dan kabupten/kota, termasuk dari daerah berstatus zona merah.
“Sebuah kehormatan bagi kami KPU Indramayu, dipilih untuk melaksanakan simulasi pemungutan suara. Mudah-mudahan tetap selamat kemudian panyelenggara tetap dalam kondisi yang sehat,” kata Ketua KPU Indramayu, Ahmad Toni Fatoni. []
USEP HASAN SADIKIN