August 8, 2024

Ferry Rizkiyansyah dan Dialektika Penyelenggaraan Pemilu 2014

Anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI periode 2012-2017, Ferry Kurnia Rizkiyansyah, meluncurkan buku berjudul “Pemilu dan Demokrasi Terkonsolidasi, Catatan Penyelenggaraan Pemilu 2014” di Media Center KPU RI, Menteng, Jakarta Pusat (13/12). Dalam buku tersebut, Ferry menceritakan pengalamannya sebagai anggota KPU yang terlibat aktif dalam penyelenggaraan Pemilu 2014 dan upaya-upaya konsolidasi demokrasi. Ferry berdialektika dengan kondisi demokrasi selama 2012-2017, masyarakat, dan berbagai permasalahan yang ditemui.

“Ini buku testimoni, jauh dari teori. Menceritakan aktivitas-aktivitas yang saya lakukan di 2014 kemarin. Ya, sebagai pengingat di 2014 bahwa saya dan kawan-kawan ikut berdialektika dalam proses pemilu lalu. Semoga ada hal-hal dari buku ini yang bisa diadopsi,” ujar Ferry pada acara peluncuran buku.

Di dalam kata pengantarnya, Ferry menuliskan bahwa KPU mendapatkan mandat dari konstitusi untuk menyelenggarakan pemilu secara terbuka dan melibatkan masyarakat di dalam semua tahapan. Oleh karena itu, KPU berupaya mendekatkan pemilu kepada masyarakat dan membangun rasa kepemilikan terhadap pemilu yang dirayakan oleh seluruh rakyat.

“Ada banyak terobosan yang telah dilakukan KPU dalam upaya mengkonstruksi penyelenggaraan pemilu yang berintegritas. Penggunaan sistem informasi dalam pengelolaan setiap tahapan untuk mendukung transparansi, akuntabilitas, dan partisipasi adalah terobosan paling dominan,” tulis Ferry.

Ada sebelas bab yang ditulis Ferry. Bab I, KPU yang Terus Berevolusi. Bab II, Dinamika, Dialektika, dan Romantika Pemilu 2014. Bab III, Verifikasi Parpol dan Dinamika Internal KPU. Bab IV, Usaha Berlipat “Sajikan” Daftar Pemilih Akurat. Bab V, Mengoreksi Dapil yang Ganjil. Bab VI, Keterbukaan Mendapat Perlawanan. Bab VII, Politik Afirmasi di Indonesia. Bab VIII, Era Baru Kampanye Politik. Bab IX, Menjaga Otensitas Suara Pemilih. Bab X, Head to Head Pilpres 2014. Bab XI, Jembatan Menuju Demokrasi Substantif.

Kata Mereka Soal Buku “Pemilu dan Demokrasi Terkonsolidasi, Catatan Penyelenggaraan Pemilu 2014”

Pada peluncuran buku, hadir beberapa anggota KPU periode 2012-2017 dan satu akademisi di bidang pemilu, yakni Syamsudin Haris. Juri Ardiantoro, Ketua KPU periode 2012-2017, mengutarakan apresiasinya.

“Kalau mau tau bagaimana original intent atau suasana kebatinan anggota KPU periode kami saat menyelenggarakan Pemilu 2014, baca buku ini. Ini buku yang sangat detil tentang bagaimana Pemilu 2014 diselenggarakan,” kata Juri.

Syamsuddin Haris lebih mengapresiasi. Menurutnya, Ferry telah menyumbangkan sebuah karya yang akan menjadi sumber utama bagi para mahasiswa dan akademisi yang akan melakukan penelitian tentang sejarah pemilu Indonesia. Buku Ferry merupakan kontribusi nyata bagi perekaman perjalanan demokrasi Indonesia.

“Penyelenggara pemilu adalah pahlawan utama demokrasi kita. Saya sangat mengapresiasi hadirnya buku ini di tangan kita. Kalau lihat Pemilu 1955, sangat sedikit catatan dan datanya. Saya harap ada lebih banyak yang mendokumentasi proses pemilu kita,” tandas Haris.

Tak ketinggalan, Ketua KPU RI, Arief Budiman, juga menyatakan apresiasi dan kesan. Arief menyebut, “Perjalanan yang ditulis Pak Ferry ini berpesan bahwa kita tidak boleh hanya jadi penonton saja, tapi harus jadi pelaku.”

Arief juga mengatakan bahwa buku karya Ferry merekam fenomena-fenomena menarik dalam penyusunan daftar pemilih. Sebagai contoh, warga negara Indonesia bernama Tuhan dan Pocong, juga ratusan nama Ambo di seluruh Indonesia.

“Fakta-fakta itu terungkap di buku ini. Di Banten, begitu banyak orang dengan nama Ayah, di Jatim (Jawa Timur) ada yang namanya Tuhan,” tukas Arief.