Tak hanya Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Network for Democracy and Electoral Integrity (Netgrit) juga mengkritik pemberian lima soal atau disebut dengan kisi-kisi debat kandidat kepada calon presiden-wakil presiden. Netgrit menilai, pemberian kisi-kisi justru menyebabkan debat menjadi guyonan masyarakat. Bahkan, Netgrit menganggap alasan pemberian kisi-kisi agar tkebocoran soal tak terjadi kepada salah satu pasangan calon (paslon) tak masuk akal.
“Ini kan tautologis, supaya tidak bocor, maka dibocorkan. Ini jadi aneh. Ini sesuatu yang tidak boleh bocor di kandidat, tapi kalau bocor di publik gimana? Lalu publik membuat tebakan-tebakan soal mana yang akan keluar dan publik membuat jawaban. Akhirnya debat menjadi guyonan masyarakat,” ujar Direktur Eksekutif Netgrit, Sigit Pamungkas, pada diskusi “Membangun Kepercayaan Publik dalam Pemilu 2019” di Media Centre Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) RI, Gondangdia, Jakarta Pusat (8/1).
Menurut Sigit, Joko Widodo dan Prabowo Subianto bukan figur yang baru pertama kali mengikuti debat kandidat sehingga yang bersangkutan telah memiliki pengalaman. Joko Widodo adalah mantan wali kota, gubernur, dan petahana presiden, yang tentu pernah mengikuti debat kandidat. Begitu pula Prabowo pernah mengikuti debat kandidat pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2009 dan 2014.
“Dua-duanya punya sejarah debat, tidak mungkin takut. Jadi, kenapa harus dibocorkan? Semuanya punya kompetensi untuk menunjukkan pemahaman mereka dan cara pandang mereka atas sebuah persoalan,” tukas Sigit.
Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Andre Rosiadi, mengakui bahwa pihaknya yang mengusulkan pemberian kisi-kisi soal. Tim sukses (Timses) tak menginginkan kebocoran soal terjadi di debat kampanye Pilpres 2019, sebagaimana diduga terjadi pada 2014.
“Terus terang, ada dugaan dulu sempat kebocoran di 2014 sehingga 02, pasangan kami, tidak ingin ada kebocoran lagi. Kami ingin ada perlakuan yang sama. Akhirnya kami mengusulkan agar kisi-kisi dibagi agar tidak ada lagi yang membocorkan,” kata Andre.
Timses paslon presiden-wakil presiden nomor urut 02 juga mengusulkan agar tak ada yang membawa coret-coretan atau catatan atau alat peraga pada debat. Hal ini ditujukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman para calon.
“Kami usul agar semua peserta tidak membawa coret-coretan. Kandidat benar-benar datang tanpa alat bantu, catatan, atau alat peraga,” tandas Andre.