Artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan banyak digunakan dalam Pemilu Indonesia 2024. Pemanfaatan Generative AI untuk pembuatan video deepfake misalnya, dapat terlihat dalam video yang memunculkan Presiden Soeharto yang telah wafat. Pada video tersebut, Presiden Soeharto (1968-1998) mengajak pemilih untuk memberikan suara kepada Partai Golongan Karya (Golkar).
Video deepfake yang memunculkan tokoh pemimpin ikonik di dalam pemilu memang telah digunakan di berbagai negara. Di Pemilu India 2024, Partai Dravida Munnetra Kazgham (DMK) menyebarkan video dengan mantan presiden Partai DMK yang telah wafat, Karunanindhi, mengajak masyarakat untuk memilih DMK. Sebelumnya pada Pemilu 2023 Pakistan, mantan Perdana Menteri Pakistan yang kini mendekam di penjara, Imran Khan, juga muncul dalam video deepfake mengkampanyekan partainya, Pakistan Tehreek-e-Insaf (PTI).
“Jadi, video deepfake mantan Presiden Soeharto yang diposting oleh salah satu kader Partai Golkar bukan yang pertama kali dilakukan di pemilu. Sudah pernah dilakukan di Pakistan, juga di India,” ujar asisten peneliti Center for Digital Society (CfDS), Ayom Mratita Purbanda, pada diskusi online “AI at the Polls: Unpacking AI’s Utilisation and Regulation on Indonesian Election” (26/2).
Beredar pula video Presiden Joko Widodo berpidato dalam Bahasa Mandarin, dan calon presiden nomor urut 1, Anies Baswedan, berpidato dalam Bahasa Arab.
Selain digunakan dalam pembuatan konten deepfake, AI di Pemilu Indonesia 2024 juga digunakan dalam animasi kandidat presiden-wakil presiden. Pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka mempromosikan konten-konten dan bahan kampanye dengan foto animasi yang terkesan “gemoy”.
“Ada cuddly animated image atau kesan gemoy yang digunakan oleh Prabowo. Penggunaan AI ini untuk memberi make over dari sosok Prabowo, dan itu berpengaruh pada popularitas paslon ini terutama di generasi Z,” jelas Ayom.[]
Lanjutkan ke bagian 2…