August 8, 2024

Teknologi Pemilu di Fiji

Sejak didirikan pada 2014, The Fijian Elections Office (FEO) dengan Supervisor of Elections sebagai pimpinan FEO, telah mulai mengembangkan teknologi kepemiluan. Terdapat lebih dari lima teknologi kepemiluan yang dikembangkan oleh FEO, antara lain sistem rekrutmen online, platform pelatihan online E-vuli, sistem registrasi pemilih online, aplikasi pelacakan logistik pemilu, aplikasi asistensi petugas pemungutan suara, mesin pemungutan suara dengan layar sentuh atau touchscreen voting machines, pemungutan suara online melalui ponsel atau mobile based voting, dan aplikasi survei partisipasi pemilih.

“Fiji punya sistem registrasi online. Melalui sistem ini, pemilih yang terdaftar akan menerima kartu pemilih. Kami juga punya aplikasi FEO Final Results. Ini aplikasi kebanggaan kami. Juga, ada E-vuli, platform untuk pelatihan online semua staf pemilu kita,” kata Fiji Supervisor of Elections, Mohammed Saneem, pada diskusi “Future Election Technology in Asia Pacific Countries”, Selasa (8/6).

Semua teknologi tersebut dikembangkan oleh tenaga teknologi informasi (TI) yang direkrut oleh FEO. Terdapat 10 ribu orang yang bekerja untuk FEO pada masa pemilihan.

Aplikasi FEO Final Results

Sumber: presentasi Mohammed Saneem.

Aplikasi FEO Final Results memungkinkan peserta pemilu, pemilih, dan publik untuk mengetahui hasil pemilihan per tempat pemungutan suara (TPS) dari waktu ke waktu. Tak hanya perolehan hasil partai politik, namun juga kandidat yang dicalonkan oleh partai politik. Aplikasi ini dapat diunduh di Play Store secara gratis.

“Kalau Anda punya Android, Anda bisa download aplikasi FEO Final Results ini. Hasil pemilu ada di tangan Anda dari tiap jam atau setengah jam. Anda hanya perlu menyentuh layar untuk dapat update secara reguler,” ujar Saneem.

Selain tersedia dalam bentuk aplikasi, hasil pemilu juga dapat dilihat di situs website resmi FEO. Banyaknya media yang digunakan untuk mempublikasi hasil pemilu dinilai penting untuk menjangkau lebih banyak publik. FEO Final Results juga membantu mentransparansi kerja penyelenggara sehingga semua pihak mempercayai hasil pemilu.

“Ini transparansi pemilu. Tidak ada yang bisa membuktikan kecurangan karena hasil dari setiap TPS ditunjukkan langsung di aplikasi,” tandas Saneem.

Bahkan, FEO Final Results juga menyediakan fitur kalkulator kursi parlemen. Sebagai contoh, jika partai politik J memperoleh sekian suara, maka partai politik J akan mendapatkan sekian kursi parlemen.

Fakta lainnya, sebagaimana disampaikan oleh Saneem, pada Pemilu 2019, aplikasi FEO Final Results diunduh oleh lebih dari 65 ribu pengguna. Di masa sebelum pemungutan suara, rating aplikasi baik, tetapi setelah hasil pemilu menunjukkan pemenang pemilu, rating aplikasi mulai memburuk.

Sumber: presentasi Mohammed Saneem.

PO’s App atau Aplikasi Asistensi Pemungutan Suara

Aplikasi lain yang dikembangkan oleh FEO ialah PO’s App, yaitu aplikasi manajemen pungut hitung di TPS. Aplikasi ini bekerja layaknya panduan kerja dan sistem pemantauan kerja petugas TPS.

Sumber: presentasi Mohammed Saneem.

“Lewat aplikasi ini, kita jadi tahu, di TPS ini, petugas TPS sudah melakukan sampai tahap mana. Jadi, petugas TPS juga akan tahu, apa lagi langkah yang harus dia lakukan,” jelas Saneem.

Pada PO’s App juga terdapat menu untuk mengetahui jumlah pemilih yang telah memberikan suara. Jika hanya sedikit pemilih yang datang ke TPS, penyelenggara pemilu atau partai politik dapat mengimbau pemilih untuk memberikan hak suara.

Aplikasi FEO Survey

Aplikasi selanjutnya yakni FEO Survey. FEO menjaring pendapat pemilih mengenai partisipasi di hari pemungutan suara. Setiap pemilih yang mengisi survei diberikan imbalan sebanyak 1 dolar Amerika Serikat.

Sumber: presentasi Mohammed Saneem.

Berbeda dari aplikasi sebelumnya yang hanya dapat dioperasikan apabila ponsel terhubung dengan internet, FEO Survey juga dapat digunakan secara offline. Namun, hasil survei hanya dapat terkirim apabila ponsel mendapatkan akses internet.

“Aplikasi ini intinya aplikasi offline. Kami merekam informasi di aplikasi. Tiap kali dia  mencapai layanan internet, informasi yang dia isi akan dikirimkan,” pungkas Saneem.

Terdapat 21 pertanyaan survei yang ditanyakan kepada pemilih. Survei berisi pertanyaan apakah pemilih telah memilih, mengapa pemilih tidak memilih, dan sebagainya.

“Intinya kita berusaha menjawab kenapa partisipasi turun. Ini juga murah sekali. Hanya 1 dolar per survei. Kita tidak perlu bayar petugas untuk mensurvei. Pemilih bisa mengunduh aplikasi, isi surveinya, dan kita dapatkan hasilnya,” urai Saneem.

Efisiensi anggaran, manfaatkan ponsel pintar

Prinsip berkelanjutan dan efisien dipegang oleh FEO dalam mengembangkan teknologi kepemiluan. Suatu teknologi harus dapat digunakan untuk pemilu-pemilu selanjutnya, dan sebisa mungkin tak memakan banyak anggaran.

Dengan dua prinsip tersebut, FEO memutuskan untuk mengembangkan software dan aplikasi yang dapat diunduh oleh siapa pun yang memiliki ponsel pintar. Teknologi kepemiluan tak selalu memerlukan pengadaan perangkat baru.

“Karena anggaran terbatas, sumber daya terbatas, jadi kita putuskan, ketika membuat rencana strategis, kita berpikir untuk lebih banyak menggunakan perangkat yang sudah ada. Di masa pandemi, orang banyak menggunakan smartphone. Jadi, kita melihat solusi-solusi manajemen dan transparansi pemilu ini bisa mengandalkan smartphone,” terang Saneem.

Tantangan dan risiko dalam menerapkan teknologi di pemilu

Tantangan dalam menerapkan teknologi kepemiluan selalu ada. Pengalaman Fiji, kondisi geografis Fiji yang merupakan wilayah kepulauan menyebabkan konektivitas kerap sulit diakses. Ketersediaan listrik juga menjadi tantangan. Terlebih, masih ada penyelenggara yang enggan mengubah cara kerja digital.

“Ada brain freeze. Orang-orang tidak ingin gunakan teknologi. Mereka ingin pakai kalkulator saja,” ungkap Saneem.

Penerapan teknologi dalam pemilu juga memiliki risiko. Dua yang jadi sorotan, sabotase dan peretasan.