Pencegahan disinformasi melalui prebunking atau vaksinasi disinformasi kepada masyarakat dinilai Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) sebagai langkah krusial yang perlu dilakukan sejak dini. Sebagaimana halnya cara kerja vaksin dalam dunia medis, prebunking diyakini mampu membangun ketahanan masyarakat terhadap disinformasi politik. Dengan penguatan kapasitas terkait literasi digital dan kepemiluan, masyarakat diharapkan mampu berpikir kritis terhadap informasi yang diperolehnya.
“Pencegahan atau prebunking itu memang harus kita utamakan. Sebagaimana kalau kita menghadapi Covid-19, yang paling efektif adalah vaksinasinya,” tegas Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo), Septiaji Eko Nugroho, pada diskusi “Atasi Hoaks di Pilkada 2024” yang disiarkan oleh TVRI, pada Senin (10/6).
Kegiatan prebunking yang digagas oleh Mafindo diampu dalam program Tular Nalar. Melalui program ini, pelatihan prebunking pemilu dan pilkada diberikan kepada pemilih pemula dan lansia. Terdapat puluhan mitra Tular Nalar di berbagai kota yang bekerja untuk mendorong publik terlibat aktif dalam proses pemilu dan pilkada, termasuk menyisir dan melaporkan konten hoaks yang ditemukan.
“Lansia sangat aktif di ruang digital. Mereka sering menggunakan grup Whats App, menonton konten dari Youtube, Instagram, bahkan TikTok. Lansia ini juga banyak yang merupakan tokoh, pernah menjadi akademisi. Jadi, mereka kita rangkul, kita perkaya wawasannya, agar mereka tidak menjadi korban hoaks, juga agar mereka bisa menjadi aset untuk melakukan penyadaran,” ujar Septiaji.
Menurut Septiaji, pelibatan tokoh masyarakat dalam mencegah hoaks di Pilkada sangat diperlukan. Masyarakat Indonesia yang berbasis ketokohan akan lebih mendengarkan penyuluhan dari tokoh masyarakat yang dihormati, dibandingkan dari orang yang tidak dikenal.
“Pengalaman di Pilkada 2018, ketika kita mengawal Pilgub (Pemilihan Gubernur) Kalimantan Barat, yang paling efektif adalah ketika kita bisa merangkul tokoh masyarakat, lintas agama, lintas adat, untuk sama-sama melakukan upaya pencegahan. Ketika tokoh mereka bicara, mereka akan lebih mendengarkan,” pungkasnya.
Selain itu, Mafindo juga telah bekerjasama dengan Bawaslu dan Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk membuat konten prebunking. Isu-isu krusial di Pilkada akan diidentifikasi, kemudian akan disusun materi video prebunking. Diharapkan, jejaring KPU, Bawaslu, dan Mafindo di seluruh daerah akan dapat mendiseminasi konten prebunking tersebut.
Pada diskusi yang sama, anggota Bawaslu RI, Herwyn JH Malonda mengatakan pihaknya akan menggencarkan program literasi pilkada “Bawaslu Mendidik”. Selain tokoh-tokoh masyarakat, pembuat konten dan admin grup di media sosial juga akan menjadi peserta kegiatan.
“Misalnya ada grup-grup media sosial, admin grupnya kita ajak agar informasi-informasi yang diberitakan, yang valid, bisa mencerahkan terkait Pilkada, bisa mereka sebarkan,” tukas Herwyn. []