Media sosial (medsos) telah menjadi wadah kampanye yang dimanfaatkan baik oleh pemilih, tim sukses, maupun kandidat pasangan calon (paslon). Akan tetapi, pengguna medsos seringkali salah dalam menunjukkan sikap politiknya di dunia maya. Banyak pengguna yang menyebarkan informasi mengandung fitnah dan penghinaan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).
Menanggapi hal tersebut, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Titi Anggraini, mengatakan bahwa pemilih harus cerdas dalam bersikap di medsos. Sebab, dalam demokrasi, hak yang dimiliki seseorang tidak boleh menciderai hak orang lain.
“Pemilih di medsos tolong hargailah perbedaan, fokus pada gagasan, tidak memfitnah, tidak menghina, dan tidak melontarkan kebencian. Sikap politik harus jadi bagian dari pendidikan politik dalam bingkai kedewasaan berdemokrasi,†jelas Titi, kepada Rumah Pemilu (25/10).
Selain itu, Titi juga menyarankan agar pemilih bersikap kritis terhadap berita dan informasi yang didapat. Pemilih perlu melakukan  check danrecheck untuk mengetahui kebenaran informasi.
“Jangan langsung percaya pada suatu informasi. Harus cek validitas sumber informasi itu. Apakah berasal dari sumber terpercaya atau tidak. Jangan menyebarkan informasi yang tidak kita yakini kebenarannya. Berbagilah informasi yang memang bermanfaat,†tukas Titi.
Medsos diyakini akan dimanfaatkan oleh paslon untuk berkampanye. Pasalnya, medsos terbukti signifikan membentuk opini publik, terutama di daerah perkotaan yang sebagian besar masyarakat telah menggunakan smartphone. Untuk itu, para calon wajib mendaftarkan akun media sosialnya.