Masyarakat adat punya kekuatan kolektif untuk menjawab dalam kehidupan bersama, termasuk politik. Keterpilihan pemilu yang berdasar suara terbanyak sesuai dengan kedaulatan masyarakat adat. Masalahnya, selain tak solid, upaya musyawarah memutuskan dukungan kepada representasi adat kalah dengan politik uang serta pemilu yang makin mahal.
“Musyawarah dan solidaritas adalah karakter dan modal masyarakat adat. Sayangnya masyarakat adat terpecah belah,” kata Sekretaris jenderal Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN), Abdon Nababan dalam Kongres AMAN di Deli Serdang, Sumatera Utara (15/3).
Menurut Abdon, AMAN menyikapi keadaan itu dengan melakukan pendampingan persiapan, pencalonan, dan keterpilihan orang-orang adat di pemilu. Ada yang berhasil tapi sebagian besar masih gagal.
Harapannya dari internal masyarakat adat bisa menjaga solidaritas. Jangan sampai masing-masing anggota masyarakat adat terpecah oleh partai politik atau calon kepala daerah sebagai peserta pemilu. Masyarakat adat jika solid akan berdaulat saat didatangi peserta pemilu dan ketika para calon terpilih.
“Gara-gara serangan fajar, masyarakat adat lebih mendengar tim sukses atau peserta pemilu dibanding ketua adat,” tegas Abdon. []