August 8, 2024

Listyowati: Perempuan Berdaya Berpolitik Soal Pendidikan Gender dan Hak Politik

Perempuan merupakan setengah dari total warga DKI Jakarta dan setengah dari total pemilih di Pilkada DKI Jakarta. Sifat aktivitas perempuan akar rumput yang berkelompok bisa berpengaruh signifikan dalam perolehan suara peserta pemilu. Tapi keadaan perempuan yang relatif jauh dari pemahaman politik publik memungkinkan dipengaruhi cara curang tim sukses pasangan calon.

Kalyanamitra sebagai lembaga perempuan di isu kesetaraan dan pemberdayaan melakukan pendampingan perempuan kader Posyandu di DKI Jakarta. Selain memberikan pemahaman gender dan kesehatan reproduksi, Kalyanamitra pun mendorong keterlibatan kader Posyandu ke peran-peran politik publik. Berikut penjelasan Ketua Kalyanamitra, Listyowati kepada rumahpemilu.org (18/4).

Bagaimana kedaan perempuan akar rumput dalam perbincangan politik, khususnya di Pilkada DKI Jakarta?

Pada dasarnya ketimpangan gender di ruang publik dan perbincangan publik itu terjadi di akar rumput. Termasuk di bidang politik. Ini salah satu pertimbangan kami mengapa melakukan pendampingan kepada perempuan akar rumput.

Kami memilih kader Posyandu karena relatif sudah solid tinggal didampingi dengan isu kesehatan reproduksi dan politik publik. Awalnya dari para perempuan yang kami damping memang sungkan bicara politik tapi seiring lamanya pendampingan mereka makin paham dan berani bicara.

Adakah dampak negatif dari jauhnya dari perbincangan politik terkait persaingan pasangan calon, misal politik uang?

Kalau politik uang tidak. Tidak dalam pengertian itu tidak mempengaruhi pilihan politiknya. Jika ada tim sukses pasangan selain yang dipilihnya memberikan sembako atau uang, tak akan merubah pilihan politiknya.

Tapi jika isu SARA (suku, agama, ras, dan antargolongan) itu perempuan akar rumput masih berpengaruh. Dari kelompok aktivitas yang perempuan ikuti isu SARA bisa berpengaruh.

Solidaritas perempuan sebagai kekuatan perempuan apakah muncul menyikapi pengaruh tim sukses pasangan calon?

Solidaritas perempuan dalam bentuk kelompok aktivitas perempuan lebih sebagai pusat mendapatkan dan berbagi informasi politik. Belum digunakan untuk melakukan sikap-sikap politik kolektif seperti melawan politik uang bersama. Politik uang disikapi sendiri. Menolak sebagai pilihan sendiri. Menerima tapi tak mempengaruhi pilihannya juga lebih banyak pilihan sendiri.

Bagaimana membuat perempuan peduli politik untuk bicara dan berdaya terkait hak politik?

Pertama, pendidikan politik. Ini konvensional tapi harus dilakukan. Pendidikan politik tentunya tak dilepaskan dari hak-hak perempuan dan pemahaman kesetaraan gender. Pendidikan banyak tak berdampak pada keberdayaan perempuan salah satunya karena tak menyertakan kesetaraan gender dan pemahaman hak-hak perempuan.

Ada cara lain dalam bentuk partisipasi yang lebih aktif selain pendidikan politik?

Kalyanamitra mendorong perempuan aktif bersama pada rapat-rapat publik di tingkat bawah. Seperti rapat RT. Lalu Musrenbang (musyawarah perencanaan pembangunan desa). Banyak orang menilai Musrenbang tak berpengaruh. Tapi jika ini dioptimalkan perempuan secara kolektif, akan punya pengaruh kepada aktualisasi perempuan dalam politik publik dan perubahan kebijakan mengenai anggaran publik.

Kami ada data ketimpangan gender dalam perbincangan media sosial. Ini konteks perempuan kelas menengah atas, bukan akar rumput. Tapi mengapa jauhnya perempuan dari politik terjadi juga pada perempuan yang berdaya secara pendidikan dan ekonomi?

Saya tekankan lagi. Ketimpangan gender dan jauhnya perempuan dari politik terjadi di semua ranah dan semua tingkat kelas. Pendidikan yang diikuti perempuan pada umumnya tak menyertakan pemahaman gender dan kesadaran pemahaman diskriminasi. Pendidikan pun jauh dari pemahaman hak warga khususnya hak politik. Jadi, perempuan bisa berdaya berpolitik soal pendidikan gender dan hak politik. Bukan soal kelas bukan juga soal pendidikan tinggi.