November 27, 2024

Yose Rizal: KPU Harus Optimalkan Media Sosial dan Anggaran Sosialisasi

Pilkada DKI Jakarta 2012 menjadi awal meningkatnya peranan media sosial dalam kampanye politik Indonesia. PoliticaWave.com memantau percakapan media sosial secara realtime live pada waktu Pilkada DKI. Di saat sejumlah lembaga survei menyatakankan Foke-Nachrowi unggul, PoliticaWave.com menunjukkan Jokowi-Ahok sebagai pemenang dengan angka 40,6% (beda 2% dari perhitungan KPU) di putaran pertama dan 53,9% (0,08%) di putaran kedua. Setelah Pilkada DKI, PoliticaWave.com berhasil memprediksi beberapa pilkada lain seperti Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, Sumatera Selatan, Bandung, Bogor dan Bali. Hasil ini sekaligus menghapus keraguan banyak pihak bahwa media sosial hanya memiliki pengaruh di Jakarta saja.

Seperti apa kesesuaian media sosial di dunia maya dengan kenyataan di konteks pemilu nasional? Bagaimana baiknya media sosial digunakan untuk mendorong partispasi pemilih di pemilu nasional? Dan bagaimana baiknya KPU bisa mengoptimalkan media sosial dalam penyelenggaraan pemilu? Berikut wawancara rumahpemilu.org dengan inisiator Politica-Wave, Yose Rizal di Jakarta (21/2).

Apa penjelasaannya media sosial di dunia maya menggambarkan kenyataan masyarakat di konteks pemilu?

Apa yang orang twit atau apa yang orang tulis di facebook atau di forum biasanya refleksi dunia nyata. Sebagai ilustrasi, kalau Jakarta banjir twitter kita berisi foto banjir. Saat Bandung mati lampu, kita tulis di twitter soal mati lampu di Bandung. Virtual world atau online merupakan refleksi dari yang terjadi di offline.

Dari beberapa pilkada dan isu-isu sosial yang kami amati, orang memang menyampaikan apa yang ada di pikiran ke media sosial. Pemilu legislatif dan presiden pun berkecenderungan itu. Dinamikanya bisa seperti hasil survei berkala, tapi twitter lebih dinamis. Artinya, hari ini seseorang senang tokoh A kemudian ada kabar bahwa tokoh A tersebut terkait kasus negatif, ini bisa merubah referensi pilihan.

Seberapa strategis media sosial di pemilu?

Penggunakan media sosial di Indonesia belum menjadi mayoritas. Tapi sekarang kita berada di era media ad hoc. Tentu saja media punya penggunanya masing-masing. Pengguna media sosial adalah pemilih pemula. Dari beberapa pilkada yang kita amati, terjadi proses politik Indonesia  di media sosial oleh para generasi muda. Mereka menyalurkan suara. Dulu mereka sangat antipolitik. Sekarang mereka menemukan medianya bersuara. Mereka tak akan ragu lagi menentukan pilihannya. Bahkan mengajak teman-temannya terlibat.

Ada yang menilai pengguna media sosial tak menggambarkan masyarakat Indonesia yang tersebar luas di daerah-daerah yang jauh dari Ibu Kota. Tanggapannya?

Media sosial memang belum banyak digunakan di mayarakat pedesaan. Intinya, saya ulangi, pengguna setiap media berbeda. Tinggal bagaimana mengoptimalkan suatu media terhadap hadirinnya. Jadi, tak usah kita berdebat lagi. Suatu media menjadi penting jika dikaitkan dengan hadirinnya. Lebih penting jika disinergikan antarmedia dan antarhadirinnya. Di twitter pun, follower ada jika isi dan referensinya sesuai bagi follower itu. Buat kalangan pemilih, tak bisa dipaksakan untuk follow jika isi tweet-nya tak sesuai.

Sejumlah hasil survei menyimpulkan mayoritas masyarakat masih menggunakan TV untuk mendapatkan informasi. tanggapannya?

Wajar. Di negara maju pun TV masih jadi media nomor satu. Tapi yang terjadi, trend TV juga sudah tak bisa meluas lagi. Menurunnya persentase pengguna media terjadi pada media lainnya seperti  koran dan radio. Tapi pengguna media sosial terus meningkat.

Saat ada penilaian salah satu jam primetime TV adalah jam 9 pagi atau jam 10 pagi, siapa penontonnya. Tapi, logikanya, anak sekolah, anak kuliah, orang kerja memang nonton acara di jam itu? Mereka ini lebih memilih mendapatkan informasi melalui layar smarthphone-nya.

Jika menggunakan satu media saja pasti akan ada masyarakat yang tak terpapar. Jadi pertanyaannya bukan, media apa yang paling hebat? Tapi, media apa yang digunakan masyarakat A, B, dan C? Lalu, bagaimana informasi melalui media yang digunakan masyarakat A, B, dan C itu bisa sesuai?

Penilaian anda terhadap penggunaan media sosial oleh penyelenggara pemilu?

Media sosial sangat kurang dioptimalkan penyelenggara pemilu. Padahal ini penting terkait target partisipasi. Pengguna media sosial adalah usia sekolah, kuliah, dan kerja. Khusus masyarakat usia muda, merupakan pemilih yang jumlahnya paling banyak. Saya tak pernah bilang media sosial paling hebat. Tapi, ini loh, para generasi muda yang menggunakan media sosial jumlahnya banyak.

Terkait anggaran, baiknya bagaimana KPU menggunakannya untuk sosialisasi pemilu?

Bagi saya, anggaran yang KPU punya harusnya bisa melalukan sosialisasi maksimal. Jumlah anggaran sosialisasi KPU mirip anggaran merek besar seperti Telkom. Jadi tak ada alasan, anggaran ini kurang atau harus didistribusikan ke KPU kabupaten/kota. Merek dagang besar pun melakukan sosialisasi nasional.

Merek dagang besar punya kompetitor produk. Misalkan, Telkom. Selain harus mengiklankan dirinya Telkom pun harus memikirkan kompetitornya. Sedangkan KPU, tak ada saingan mengajak orang mencoblos. Tak ada kompetitor besar lain yang melarang mencoblos. Jadi buat saya tak masuk akal dengan anggaran besar, ada alasan anggaran untuk sosialisasi maksimal.

Selain itu, media sosial harusnya bisa menjadi kanal yang bisa jauh lebih murah untuk sosialisasi. Sayang sekali KPU belum mengoptimalkannya. Saya tak yakin hasil survei menyatakan pengguna media sosial baru 5 persen. Kita tahu, pengguna internet beserta Facebook sangat banyak dan terus bertambah. []

Jakarta local elections of 2012 to the beginning of the growing role of social media in political campaigns in Indonesia.PoliticaWave.com monitor social media conversations in real time live in the city elections .At the moment a number of survey institutes menyatakankan Bowo – Nachrowi superior , PoliticaWave.com shows Jokowi – Ahok as the winner with a 40.6 % rate ( 2 % difference from calculation KPU ) in the first round and 53.9 % ( 0.08 % ) in the roundsecond .After the election Jakarta , PoliticaWave.com successfully predicted several other local elections in West Java , Central Java , South Sulawesi , South Sumatra , Bandung , Bogor and Bali .These results as well as remove many doubts that social media have influence only in Jakarta alone .
What kind of social media in conformity with the reality in the virtual world context of national elections ?How best to use social media to encourage voter participation in national elections ?And how well the Commission can optimize social media in the elections ?The following interview with the initiator Politica rumahpemilu.org – Wave , Yose Rizal in Jakarta ( 21/2 ) .
What is the explanation of social media in cyberspace illustrate the reality of society in the context of the election ?
What do people twit or what people write on facebook or on forums usually reflect the real world .As an illustration , if Jakarta floods our twitter picture shows flooding .When the lights die Bandung , we wrote on twitter about the lights off in London .Online virtual world or a reflection of that happening offline .
From some of the elections and social issues that we observed , people are saying what they have in mind .Legislative and presidential elections it was trending .Dynamics could be as the result of periodic surveys , but twitter is more dynamic .This means , someone happy today A figure then there is news that the related figures A negative cases , this may change the reference of choice .
How social media strategically in elections ?
The use of social media in Indonesia is not a majority .But now we are in the era of ad hoc media .Of course the media has its respectively .Social media users are first-time voters .Of some of the elections that we observe , Indonesian political processes occurring in social media by young people .They channel sound .In the past they were very antipolitik .Now they find media voice .They will not hesitate again to make his choice .Even bring friends involved .
There were assessing social media users do not describe the people of Indonesia are widespread in areas far from the capital city .The response ?
Social media is not yet widely used in rural society .The point is , I repeat , any users of different media .Just how to optimize a media audiences .Thus , we need not argue anymore .A medium becomes important if it is associated with the audiences .More importantly if synergized antarmedia and antarhadirinnya .On twitter too , there follower if the content and references appropriate for the follower .Create the voters , can not be forced to follow his tweets if the content is not appropriate .
Some results of the survey concluded the majority of people still use the TV for information .response ?
Reasonable .In developed countries the TV was still a medium number one .But that happens , the trend TV also can no longer widespread .The decline in the percentage of users of media occurs in other media such as newspapers and radio .But users of social media continues to increase .
When no one assessment primetime TV hours are 9 am or 10 am , whom the audience .But , logically , school kids , college kids , the job was watching the show at that hour ?They prefer to obtain this information through its smarthphone screen .
If you use only one medium that there will be no exposure to the public .So the question is not , what is the most powerful medium ?But , what media people use A , B , and C ?Then , how the information society through media used A , B , and C that can fit ?
Your assessment of the use of social media by the organizers of the election ?
Social media is very poorly optimized election organizer .This important fact related to participation targets .Social media users are school age , college , and work .Special young people , a number of voters most.I never said the most powerful social media .But , these tablets , the young people who use social media are numerous .
Related budget , well how to use it for socialization KPU election ?
For me , the budget should be able to pass the Commission has maximum socialization .Total budget of the Commission socialization is similar big budget brands such as Telkom .So there is no reason , this budget should be distributed to less or regency / city .Trademarks any major national socialization .
Trademarks have a big competitor products .For example , Telkom .Apart from having to advertise itself Telkom also have to think of its competitors .Whereas the Commission , there is no rival to invite people voting .There was no other major competitors that prohibit voting .So for me senseless with a big budget , there is a reason the budget for maximum socialization .
Additionally , social media can be a channel should be much cheaper for socialization .Unfortunately the Commission has not optimize it .I’m not sure the results of a survey of social media users expressed a new 5 percent .We know , Facebook along with Internet users very much and continue to grow .[ ]